Tuesday, 12 May 2015
Timur Tengah dan Upaya Penyelamatan Raja Salman
By: Nandang Burhanudin
*****
Di tahun 1963, Ben Gourion, PM Israel pertama menegaskan, "Tidak penting bagi kami memiliki bom nuklir atau 200 hulu ledak nuklir. Semuanya sama sekali tak memberi manfaat kepada kami. Justru yang terpenting adalah, bagaimana negara seperti Mesir, Syiria, dan Irak berpihak dan menjadi penjamin eksistensi dan entitas kami."
Maka jangan heran, apa yang terjadi hari ini di negara-negara tersebut merupakan penjelmaan dari "sabda" Ben Gourion. Mesir, Syiria, Irak dihancurkan. Malah 100 % menjadi "Satpam" penjaga Israel. Maka krisis antara Saudi vs Yaman, tak terlepas dari mengamankan sisi lain negara Israel, seiring dengan target Israel Raya yang segera dideklarasikan.
Di titik ini, peran Raja Salman bersama Erdogan dan Emir Qatar sangat diperlukan. Fungsinya menjaga keseimbangan kawasan. Banyak yang berharap, Raja Salman mampu berperan seperti Raja Faishal yaitu mengembalikan kembali tali "ukhuwwah Islamiyyah" dan ikatan "al-jasad al-waahid" (satu tubuh) di kalangan umat Islam.
Nah, hal terberat yang dihadapi Raja Salman adalah ketiadaan SDM yang mampu mengimplementasikan "peran strategis" dalam bargaining position vs Israel (AS dan sekutunya). Suka atau tidak suka, SDM yang siap menghadapi Israel di segala medan adalah jamaah Ikhwanul Muslimin. Jamaah yang tegas mengatakan, "Perjuangan Ikhwan tidak akan berakhir, hingga tak ada sejengkal tahan pun milik Palestina yang dikuasai Israel."
Namun sekali lagi, Israel dan AS telah merancang masa depan Timur Tengah. AS-Israel terlatih mengatur bidak-bidak catur dan membaca arah pikiran lawan. Terbukti, saat Mubarak dilengserkan 25 Januari 2011, sejak 2010 mereka telah memprediksi Ikhwanul Muslimin akan muncul menjadi pemenang. Sejak itu, di Kedubes AS dilakukan rapat rahasia merancang kudeta. Hal yang telah disampaikan intelejen Turki kepada Presiden Mursi via Erdogan.
Sama halnya dengan Saudi Arabia. Mendiang Raja Abdullah yang sakit-sakitan, dan penggantinya adalah Raja Salman. Maka AS-Israel telah menyiapkan Syiah Houtsi di Selatan Saudi, ISIS di utara Saudi, dan Syiah yang makin perkasa di Teluk Persia. Raja Salman pun harus berhadapan dengan fakta, Mesir, Jordania dan negara-negara Arab lainnya sudah diYahudikan.
Maka kesempatan jangka pendek bagi Raja Salman adalah, mengubah peta kekuatan Timur Tengah: menghindari sikap konfrontasi dengan AS, mengedepankan misi kemanusiaan, menolak tindakan kezhaliman dalam hal apapun. Selain tentunya, memperkuat kerjasama dengan Turki dan negara-negara G-20. Nampak perjuangan Raja Salman sangat berat. Tapi itu tuntunan bagi siapapun yang mencita-citakan mati di jalan Allah cita-cita tertinggi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment