Monday, 11 May 2015
MENGAPA ORANG YAHUDI TIDAK SUKA MEROKOK ?
Allah ta’ala berfirman, “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (Al-Baqarah:195)
Mengapa Yahudi bisa lebih maju dari kita? Sudah bukan rahasia lagi kalau perusahaan-perusahaan raksasa semisal Microsoft dan Apple diprakarsai oleh orang Yahudi. Semua orang di dunia pun tahu situs jejaring sosial Facebook telah menggurita dan meneriakkan nama Mark Zackerberg sebagai founder-nya yang juga adalah orang Yahudi. Kali ini kita akan membahas kelebihan orang Yahudi dari kebiasaan mereka untuk tidak merokok. Jika ada fatwa ulama dari kaum mereka tentang boleh tidaknya merokok sudah sangat jelas mereka akan menfatwakan haram. Karena mereka sangat paham bahaya merokok bagi kehidupan.
Mengambil sumber dari buku Cat Rambut Orang Yahudi karya Capphy Hakim saya tuliskan sebagai berikut, Yang istimewa lagi adalah: di Israel, merokok itu tabu! Mereka memiliki hasil penelitian dari ahli peneliti tentang genetika dan DNA yang meyakinkan bahwa nikotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia, yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok, tetapi juga akan memengaruhi “gen” atau keturunannya. Pengaruh yang utama adalah dapat membuat orang dan keturunannya menjadi “bodoh” atau “dungu”. Walaupun kalau kita perhatikan, penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah orang Yahudi! Tetapi, yang merokok bukan orang Yahudi.
Bahkan di paragraf terakhir di buku itu dituliskan bahwa, Khusus tentang rokok, Negara yang mengikuti jejak Israel adalah Singapura. Di Singapura, para perokok diberlakukan sebagai warga Negara kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 dollar AS (sebanding dengan 70.000 rupiah), bandingkan dengan di Indonesia yang hanya berharga 70 sen dollar AS (sebanding dengan 7.000 rupiah). Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti Israel bahwa nikotin hanya akan menghasilkan generasi yang “bodoh” dan “dungu”.
Keluarga Yahudi sangat memproteksi anggota keluarganya dari rokok. Bila ada tamu berkunjung ke rumah dan tamunya seorang perokok maka tidak ada asbak disediakan di rumah. Bila tamunya hendak merokok maka dipersilakannya tamunya merokok di luar. Dan sang tuan rumah tidak akan menemani tamunya selama masih merokok. Sebegitu besarnya perhatian masyarakat Yahudi akan besarnya bahaya merokok bagi keluarga mereka.
Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga setelah Cina dan India. Hal ini memberikan angin segar bagi produsen rokok untuk meraup keuntungan. Tiap kali ada kepulan asap rokok di sana produsen rokok tertawa terkekeh-kekeh menikmati keutungan milyaran rupiah sedang para perokok lama-kelamaan terseret dalam pusaran kenikmatan yang membawa kepada jurang kehancuran. Lebih tragis lagi sekarang sudah semakin sering ditemukan perokok usia belia. (Di situ saya merasa sangat sedih)
Ada hal yang mengagetkan ditemukan pada bunyi slogan bahaya merokok yang selalu terpampang di kemasan rokok atau pada iklan-iklan di televisi. Dalam sejumlah riset neurologi, ternyata slogan bahaya merokok itu justru mengundang orang untuk makin banyak merokok. Kenapa? Ternyata setelah diteliti dalam otak manusia ada sel saraf otak yang cenderung mendorong manusia berbuat hal kebalikan dari hal-hal yang tertera pada peringatan. Jadi peringatan bahaya merokok sebenarnya lebih menguntungkan pengusaha rokok.
Sebaliknya dalam sejumlah eksperimen iklan, rokok digambarkan sebagai sosok monster mengerikan yang datang untuk merenggut masa depan dan hak anak-anak. Monster ini datang menawarkan kenikmatan merokok yang akhirnya merusak sel tubuh anak-anak. Dan harus dilawan oleh sekumpulan anak muda gagah berani dan idealis yang memperjuangkan masa depan dan hak anak-anak. Setelah iklan ini ditayangkan ajaibnya jumlah perokok di kalangan anak muda menurun drastis. Alasannya jelas : citra anak muda yang gagah berani dan idealis itu bagaikan superhero yang menancap dalam benak pikirannya. Dan sebaliknya mereka malu untuk merokok karena sama saja dengan menyamakan dirinya seperti monster yang merampas kebahagiaan anak-anak. Negara ini membutuhkan iklan superkreatif seperti ini.
Banyak sekali alasan yang merintangi menutup usaha rokok, salah satu di antaranya adalah bahwa rokok menyumbang cukai trilyunan rupiah kepada negara. Asal tahu saja, sebenarnya sumbangan cukai trilyunan rupiah itu berasal dari kantong para perokok dan bukan dari produsen.
Kaum muslim di Indonesia sebagai warga mayoritas di negeri ini harus sudah mulai sadar bahaya merokok bagi kehidupan. Selain merusak kesehatan, bila dihitung dalam rupiah berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk membeli satu bungkus rokok per hari. Dikalikan per bulan kemudian per tahun. Betapa mulia uang untuk membeli rokok dialihkan kepada hal yang lebih bermanfaat. Untuk membayar SPP anak kita misalnya.
Terlebih lagi keuntungan masa depan bagi generasi yang akan datang ialah terciptanya generasi muda yang sehat dan cerdas. Kaum Yahudi telah membiasakan hidup sehat tanpa rokok selama puluhan bahkan ratusan tahun lamanya. Kebiasaan dan disiplin hidup tanpa rokok itu telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga wajar kita temui saat ini generasi muda mereka lebih unggul karena lebih sehat, kuat dan cerdas. Kaum Yahudi telah membuat rokok untuk melemahkan musuhnya. Adalah kita yang harus tegas mengatakan tidak pada rokok !!
(mengajimakna)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment