Sunday, 25 January 2015
Separah inikah moral anak-anak Indonesia?
Baru-baru ini telah beredar foto-foto yang menggambarkan adegan seorang anak laki-laki SMP membrikan tanda cintanya kepada gadis cilik kelas 6 SD di Jakarta pada akun Facebooknya. Adakah yang salah pada foto-foto tersebut? Tentu janggal, sebab anak-anak seumuran anak SD tersebut secara terang-terangan mengumbar foto itu disertai ungkapan cinta dan memerkan adegan pacaran mereka di media sosial.
Sebagaimana dilansir laman Akidah dan Akhlak Anak ada Sabtu (24/1/2015), anak pelajar kelas 6 SD tersebut memperlihatkan “sesuatu” yang bukan perilaku yang sesuai untuk usia anak SD, persis adegan sinetron “pacaran” di televisi. Terlebih adegan pacar memberikan kado ultah seperti ini di pertontonkan didepan teman-temannya, dapat tergolong perilaku ekshibisionis (gemar memamerkan sesuatu yang tidak layak diumbar, biasanya berupa kecenderungan seksual).
Perilaku tersebut dikhawatirkan menjadi sebuah potret kecenderungan anak-anak untuk melakukan hubungan seks di luar nikah, apalagi dilakukan pada usia mental yang belum matang. Barangkali awalnya hanya saling mengucapkan selamat ulang tahun dan bertukar kado, anak-anak ini kemudian saling menyuapi, lalu saling merangkul di depan umum tanpa rasa malu. Namun, selanjutnya jika mereka dalam keadaan berduaan, astaghfirullah, kita tidak dapat membayangkan apa yang akan mereka lakukan bukan? Na’udzubillahi min dzalik.
Kita perlu khawatir, sebab hasil survey yang dipublikasikan Komnas HAM Anak mengenai seks usia dini/pra-nikah yang dilakukan di 10 kota besar di Indonesia terhadap para pelajar SMP, didapatkan data bahwa 62.7% atau sekitar 6 dari 10 pelajar SMP pernah melakukan hubungan seks pra nikah. Bayangkan, itu adalah angka yang sangat menakutkan di banding negara China yang komunis angkanya hanya sekitar 11-12% saja anak SMP yang melakukan ini.
Maka, tanpa bimbingan agama yang benar, anak-anak Indonesia dapat terjerumus pada kebebasan bergaul sejak dini. Sudah saatnya para pendidik dan tenaga pendidik, juga orang tua lebih memerhatikan akidah dan akhlak putra-putrinya, dengan menjadi teladan sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalaam.
Tidak ada keuntungan bagi kita jika di akhirat kelak tidak ada anak shalih yang mendoakan kita sebagai orang tua. Pun tidak ada keberkahan bagi sebuah bangsa jika generasi penghuninya tidak taat kepada aturan Allah subhanahu wata’ala, dalam hal ini gemar berzina. Apa jadinya jika Indonesia dibiarkan menjadi negeri para pezina? Tsumma na’udzubillah.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Qur’an Surat Al-Israa': 32)
(adibahasan/arrahmah.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment