Dunia meratap ketika dua orang bersenjata menyerbu kantor redaksi Chalrie Hebdo dan membunuh 12 orang. Di Palestina, segelintir orang mengenang Naji Salim al-Ali, kartunis yang dibunuh Mossad, agen rahasia Israel.
Situs worldbulletin.net memberitakan Naji Salim al-Ali terkenal dengan sosok kartun HANZALA, coretan pensil yang mengambarkan seorang anak usia 10 tahun berdiri tanpa alas kaki, berdiri membelakangi, dan tangan menggenggam yang melambangkan perlawanan rakyat Palestina dari satu ke lain generasi.
Al-Ali ditembak di luar kantor perwakilan Al Qabas -- surat kabar Kuwait -- di London, 28 tahun lalu.
Ia juga terkenal dengan kritik politiknya terhadap rejim Arab dan Israel, yang dituangkan di lebih dari 40 ribu kartun. Ia peka terhadap opini publik Palestina dan Arab, dan mampu menuangkannya dalam kartun.
Al-Ali ditembak tepat di pelipis pada 29 Agustus 1987. Ia tak sadarkan diri, sampai dinyatakan tewas oleh dokter.
Dari sekian banyak figur kartunnya, Hanzala -- juga dikenal dengan sebutan Handala -- adalah yang paling terkenal. Karakter Hanzala masih populer saat ini.
Ismail Sowan, peneliti Palestina berusia 28 tahun dan anggota PLO, ditangkap dengan tuduhan membunuh Al-Ali. Ia membantah. PLO juga mengaku tidak pernah memerintahan pembunuhan itu.
Belakangan Sowan mengaku bekerja sebagai agen ganda untuk Mossad, Badan Intelejen Israel. Ia mengaku membunuh Al-Ali atas perintah Mossad.
Margareth Thatcher, PM Inggris saat itu, bereaksi keras. Ia memerintahkan penutupan pangkalan Mossad di Istana Hijau Kensington, dan mengusir tiga diplomat Israel, salah satunya atase kedutaan.
Najim Salim al-Ali dimakamkan di pemakaman Muslim di Brookwood, di luar London. Tidak ada ratusan orang yang mengantar jenazahnya ke liang lahan. Dunia diam, termasuk koran-koran Arab.
Kini, ketika dunia meratapi pembunuhan di kantor Charlie Hebdo, orang Palestina memilih untuk mengenang Naji Salim al-Ali, ayah Hanzala -- karakter abadi perlawanan Pelestina terhadap Israel.
Sumber: ATJEHCYBER
0 comments:
Post a Comment