Home »
Berita »
Survei LSI: 74,38% Rakyat Nyatakan Hidup Makin Sulit Akibat Jokowi Naikkan Harga BBM
Sunday, 23 November 2014
Survei LSI: 74,38% Rakyat Nyatakan Hidup Makin Sulit Akibat Jokowi Naikkan Harga BBM
Dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintahan Jokowi memang serius di alami oleh rakyat Indonesia. Hidup kian sulit kini semakin di rasakan. Kartu sakti yang di janjikan Jokowi tidaklah mampu mengatasi kesulitan rakyat yang semakin terjepit.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan, 74,38% responden menyatakan mengalami kesulitan hidup setelah Jokowi mengumumkan kenaikan BBM subsidi. “Survei kami mencatat ada 74,38 persen yang menyatakan bahwa kenaikan harga BBM membuat hidup mereka sulit,” ujar Peneliti Senior LSI, Ade Mulyana, di Jakarta, kemarin, dilansir laman Fast News Indonesia, Senin (24/11/2014).
Menurut LSI, hasil survey ini menjadi satu pemicu dari empat pemicu dari merosotnya popularitas Jokowi di mata publik. Secara lengkap, LSI merangkum empat yang diyakini menjadi pemicu berbaliknya dukungan public, sehingga meninggalkan Joko Widodo.
Pertama kurangnya sosialisasi dari pemerintahan baru untuk alasan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kepada publik. Catatan LSI, dari survei mereka terdapat 58,45 persen publik ternyata tidak menerima alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.
Kedua, menguatnya persepsi publik terhadap dampak kenaikan harga BBM pasti akan membuat beban hidup makin bertambah. Fakta menunjukkan terjadi kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok secara signifikan pasca kenaikan harga BBM.
Ketiga adalah keraguan publik terhadap program kompensasi BBM yang diterapkan oleh pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Sebanyak 51,63 persen publik bahkan menyatakan, mereka meragukan bahwa program kompensasi, seperti Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera, akan benar-benar dirasakan oleh masyarakat kelas bawah. “Publik ragu bahwa rencana pengalihan subsidi yang katanya ke infrastruktur dan pelayanan publik lainnya akan sampai ke bawah. Sebab sampai saat ini kasus korupsi dan buruknya pelayanan publik membuat keraguan mereka semakin kuat,” ujarnya.
Terakhir, atau keempat adalah, kenaikan harga BBM dilakukan sebelum ada program pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang dirasakan oleh masyarakat. LSI mencatat sebesar 62,41 persen publik menyatakan bahwa hingga usai dilantik belum ada manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat. “Sampai detik sebelum harga BBM diumumkan naik, belum ada program yang sudah terasa manfaatnya oleh masyarakat. Ini kan jadi warning bagi Jokowi, bahwa mereka bisa saja suatu saat ditinggalkan pendukungnya,” ujar Ade.(silontong)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment