Saturday, 11 October 2014
Ini Bedanya Jokowi Dengan CEO Microsoft Ketika Melakukan Kesalahan
Manusia dalam menjalani kehidupan memang tidak ada yang sempurna. Karena sudah kodrat manusia itu orangnya alpa atau cendrung berbuat salah. Dengan begitu aneh jika ada orang yang maunya benar sendiri dan tidak mau disalahkan. Apatah lagi jika kesalahannya itu betul-betul kesalahan yang sudah terbukti berdasarkan fakta.
Jokowi, baru-baru ini mengalami hal itu. Ia pernah berkata bahwa Tank Leopard bisa merusak aspal jalan raya, sehingga tidak diperlukan lagi bagi Alutsista Tenatra Negara Indonesia (TNI) kedepan. Perkataan itu, disaksikan banyak orang, karena Jokowi menyampaikannya pada ajang debat Capres 2014 beberapa waktu yang lalu, tentu saja bukan hanya rakyat Indonesia yang melihat, dunia pun pastinya ikut menonton.
Kini, Jokowi tersandra dengan ucapannya tersebut, Tank Leopard ternyata tidak merusak aspal jalan raya. Ini terbukti dengan TNI mengadakan konvoi dengan warga menggunakan tank leopard pada HUT TNI ke 69, 7 Oktober 2014, jalanan tetap mulus.
Atas kejadian itu, rakyat Indonesia tersadarkan bahwa Jokowi sudah melakukan kesalahan dalam berbicara. Jika Jokowi orang ‘biasa’, mungkin rakyat tidak terlalu peduli. Namun, Jokowi adalah seroang presiden terpilih, wajar saja jika rakyat ‘menggugat’ Jokowi terkait dengan ucapannya yang salah itu.
Melalui wartawan pertanyaan ‘gugatan’ pun dilontar kepada Jokowi, celakanya, Jokowi bukan mengakui kesalahan dan minta maaf, Jokowi malah memberikan jawaban yang jauh dari sikapnya sebagai seorang pemimpin. Berdalih atas kesalahannya sendiri. (Baca, Jawaban Jokowi terkait Pertanyaan Tank Leopard Yang Tidak Merusak Jalan).
Sementara itu, seorang CEO Microsoft juga pernah melakukan kesalahan dalam ucapannya yang menuai kritik dari media sosial. Ceritanya, CEO Microsot yang bernama Satya Nadella pernah memberikan pernyataan yang kontroversial, yaitu bahwa kaum hawa tidak seharusnya meminta kenaikan gaji.
Ya, dalam sebuah konferensi bertemakan wanita dalam industri komputasi yang digelar Kamis (9/10) lalu, bos microsoft tersebut menungkapkan bahwa sebaiknya para wanita yang berkarir di industri teknologi dan informasi yang didominasi oleh pria, untuk tidak meminta kenaikan gaji, dilansir Inilah.
Ketika ditanyai mengenai bagaimana perempuan dapat maju di dalam dunia teknologi, pria yang naik ke tampuk kepemimpinan Microsoft pada bulan Februari tersebut berkata: “Bukan soal minta kenaikan gaji, namun mengetahui dan berkeyakinan terhadap sistem sejatinya akan memberi anda kenaikan gaji di waktu yang tepat,”
Tentu saja pernyataan biasnya mengenai hal tersebut menuai banyak kritik, terutama lewat media sosial. Menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan, Nadella pun segera meminta maaf.
Pertama, ia meluruskan persoalan tersebut lewat akun Twitter resminya, menyatakan bahwa pernyataannya tersebut memang kurang jelas.
Seperti yang dikutip dari ReadWrite, Ia pun menyatakan bahwa “industri kita harus menutup kesenjangan upah berdasarkan gender agar permintaan kenaikan gaji tidak diperlukan karena adanya bias.”
Setelahnya, ia pun menulis dan mengirim email kepada pegawai Microsoft. Ia mengakui bahwa ia telah menjawab pertanyaan tersebut dengan keliru. Di dalam surat elektronik tersebut, Nadella pun berkata bahwa: “jika anda pikir anda layak naik gaji, mintalah,”
…
Itulah bedanya Jokowi alias Joko Widodo dengan CEO Microsoft (Satya Nadella) dalam menyikapi kesalahan dalam berbicara atau mengeluarkan pendapat. Seharusnya Jokowi belajar dari CEO Microsoft. Tentu amat disayangkan jika kesalahan justru bukan diakui sebagai kesalahan bagi Jokowi. Yang rugi tentu bukan hanya Jokowi dan pendukungnya saja, rakyat Indonesia pun rugi, mau di letak di mana muka rakyat Indonesia punya presiden ‘kok’ gitu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment