Monday, 18 August 2014
Dituding Antek Asing, Massa Desak Pembubaran CSIS
Lembaga tink-tank Centre For Strategic and International Studies (CSIS) dituntut supaya bubar. Sejumlah pengunjuk rasa mendesak pembubaran lembaga yang kini turut membekingi Jokowi-JK ini dalam aksi unjuk rasa di depan kantor lembaga tersebut di Jl Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2014).
Puluhan pengunjuk rasa mengatasnamakan dirinya Aliansi Penyelamat Pemilu (APP).
Seperti dilaporkan ANTARA, puluhan massa itu datang dengan sedikitnya delapan buah bus ke kantor CSIS. Mereka lalu berteriak meminta CSIS dibubarkan dan memaksa masuk ke dalam kantor.
"CSIS merupakan lembaga antek-antek asing yang sedang berupaya menghancurkan bangsa. Itulah mengapa kami ingin agar CSIS ini dibubarkan," teriak koordinator aksi, Andre.
Andre tidak menyebut dasar tudingannya itu. Namun ia meyakini bahwa ada kekuatan asing di balik lembaga CSIS yang berupaya memengaruhi situasi politik di Tanah Air.
"CSIS harus dibubarkan agar tidak ada lagi pihak asing yang mengatur sistem politik Tanah Air," tegas dia.
Dalam aksi itu, puluhan massa APP sempat mendorong-dorong gerbang kantor CSIS, namun berhasil dihalangi petugas keamanan.
Akhirnya sejumlah perwakilan massa berdialog dengan pihak keamanan dan mengakhiri kegiatan aksinya.
CSIS adalah lembaga pengkajian kebijakan sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. CSIS moncer di era Orde Baru dan sering disebut sebagai tanki pemikirnya.
CSIS terbentuk pada 1971 ketika Hadi Susastro dan beberapa kawan-kawannya pulang belajar dari Eropa. Merekalah yang mengusulkan dibentuknya sebuah lembaga think tank. Sebelum bergiat di CSIS, para kader Pater Beek –seorang pastor radikal anti komunis yang dibiayai CIA- itu sudah berkiprah dalam operasi khusus (Opsus) pimpinan Ali Murtopo. Di lembaga ini pulalah Panglima ABRI Leonardus Benny Moerdani, seorang Katolik abangan yang sangat anti Islam, berkantor setelah pensiun dari jabatannya. Moerdani, tulis Salim Said dalam bukunya “Dari Gestapu ke Reformasi” bahkan menempati kursi dan meja yang digunakan Ali Murtopo.
Dua orang bersaudara, Yusuf Wanandi (Lim Bian Kie) dan Sofyan Wanandi (Liem Bian Koen), hingga kini masih menjadi anggota Dewan Pengawas CSIS. Sedangkan Hary Tjan Sillalahi, mantan Sekjen Partai Katolik di masa Orde Lama dan sekaligus pendiri CSIS menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas. (suara-islam)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment