Ikhwati fillah, sebenarnya ada banyak tokoh yang terlewatkan saat kita berbicara tentang Islam di anak benua India. Salah satu dari sekian tokoh tersebut adalah Sultan Mahmud bin Sabaktekin Al Ghaznawi. Beliau termasuk penakluk hebat yang pasukan berkudanya berhasil mencapai India, dan menegakkan panji-panji Islam di sana. Konon luas wilayah yang
penaklukkan wilayah India diawali oleh sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Muhammad ibnul Qasim Ats Tsaqafi, yang terjadi di zaman Khalifah Al Walid bin Abdil Malik.
Ekspedisi tersebut berhasil melaju hingga wilayah utara India dan menaklukkan kota Daibal, bahkan akhirnya mendirikan sebuah mesjid di sana. Ibnul Qasim menempatkan 4000 orang pasukan di sana untuk menjaga wilayah tersebut, dan semenjak itu, jadilah Daibal kota Arab pertama di India.
Setelah penaklukan pertama ini, penaklukan demi penaklukan pun terjadi silih berganti di India, akan tetapi kekuatannya belum sebanding dengan penaklukan yang pertama tadi. Akibatnya, eksistensi kaum muslimin di India melemah, dan selama Dinasti Abbasiyah, mereka hanya berhasil mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya dengan sedikit tambahan dengan
menggabungkan beberapa daerah sekitarnya. Demikian seterusnya, mereka hanya menguasai daerah antara Kabul, Kashmir dan Maltan, hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya lewat tokoh kita kali ini, yang menjadi batu loncatan pertama bagi para penakluk setelahnya.
Ayah beliau adalah Nashiruddien Sabaktekin, pendiri Daulah Al Ghaznawiyah. Ia menjabat sebagai Penguasa Ghaznah –salah satu kota di Afghanistan sekarang- pada tahun 366H/976M. Ia memiliki tekad baja, kemampuan yang langka, dan cita-cita agung; karenanya ia berhasil memperluas kekuasaannya hingga negeri-negeri tetangga.
Beliau mulai melakukan penyerangan terhadap perbatasan India dan menguasai sejumlah benteng disana, beliau berhasil mendirikan sebuah daulah besar di barat daya Asia. Beliau kemudian wafat pada tahun 387H/997M. Selama memerintah, beliau senantiasa berlaku adil, pemurah, menepati janji dan banyak berjihad.
Setelah mangkatnya sang ayah, baiat diberikan kepada putera sulungnya yang bernama Isma’il. Sayangnya Isma’il tidak bijak dalam mengatur pemerintahan dan bermaksud mencegah Mahmud dari mendapatkan warisan ayahnya.
Ketika Ismail menjadi penguasa Ghaznah, ia dipecundangi oleh pasukannya dan mereka berhasil menekannya untuk memberikan sejumlah besar harta hingga habislah harta ayahnya. Maka bangkitlah Amir Mahmud untuk menggulingkan saudaranya, dan setelah berhasil merebut Ghaznah, ia mengangkat dirinya sebagai Sultan Daulah Ghaznawiyah.
Khalifah Abbasiyah menyetujui pengangkatan Mahmud sebagai Sultan di wilayah tersebut, yang mencakup Khurasan, Sindus, India dan Thabaristan. Semenjak Mahmud menjadi Sultan, beliau menonjolkan sunnah dan menumpas kaum Syi’ah Rafidhah dan Mu’tazilah,
kemudian memerintah rakyatnya laksana Umar bin Khatthab z. Beliau konon sangat memuliakan para ulama dan menjadikan mereka orang-orang terdekatnya serta senantiasa meminta pendapat mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Berhubung kerajaan Mahmud bin Sabaktekin termasuk kerajaan terbaik yang pernah muncul dari orang-orang sebelumnya, maka Islam dan Sunnah pun menjadi agung dalam kerajaannya. Ia memerangi orang-orang musyrik India dan menerapkan berbagai keadilan yang belum pernah dilakukan oleh penguasa sebelumnya. Akibatnya,Sunnah Rasulullah semakin nyata di masanya dan bid’ah-bid’ah pun sirna” (Majmu’ fatawa Ibnu Taimiyyah 4/22).
Selama berkuasa, Sultan Mahmud memerintahkan untuk mendoakan Khalifah Al Qadir billah di Baghdad dalam setiap khutbah Jum’at, maka Khalifah mengirim jubah yang sangat mewah kepadanya, yang belum pernah dikirim oleh seorang khalifah pun kepada bawahannya.
Kemudian menyematkan padanya sejumlah gelar: “Yamienud Daulah, Aminul Millah, Naashirul Haq, Nidhamuddien dan Kahfud Daulah”. Namun demikian, Sultan Mahmud tidak pernah diam,
akan tetapi beliau segera menghancurkan Daulah Buwaihiyyah, yang merupakan daulah syi’ah yang jahat. Daulah Buwaihiyyah ini semakin berbahaya dengan berdirinya daulah lain di Mesir yang sefaham dengannya, yaitu Daulah ‘Ubeidiyyah. Akibatnya, Daulah Abbasiyah berada dalam jepitan kakaktua dua musuhnya tersebut. Sultan Mahmud berhasil menghancurkan daulah jahat tadi, dan membersihkan wilayah tersebut dari kebusukan mereka, lalu memasukkan wilayah tersebut dalam kekuasaannya....BERSAMBUNG
Sunday, 21 April 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment