Thursday, 16 June 2016
Koran lokal sebut suami Saenih bandar judi dan kaya
Sebuah petisi online di Changedotorg dibuat oleh seorang warga Serang, Banten untuk memberikan dukungan pada Peraturan Daerah (Perda) tentang pengaturan "Jam Buka Rumah Makan selama Ramadhan" di kota Serang.
Petisi yang dibuat oleh warga bernama Nuha Uswati pada Selasa lalu (14/6) itu berbunyi:
PERTAHANKAN PERDA JAM BUKA RUMAH MAKAN DI SERANG!
Saya warga Serang. Bertahun tahun hidup dengan Perda yang mengatur jam buka rumah makan selama Ramadhan. Tidak pernah melihat atau merasakan ada gejolak apapun.
Bukan hanya warung warung nasi kecil. Bukan juga seperti yang diberitakan bahwa Satpol PP hanya berani pada pedagang kecil. Salah besar. Mall mall dan rumah makan besarpun disini menerapkan jam buka sesuai Perda.
Bila pada razia kemarin petugas Satpol PP dinilai tidak simpatik dan menyalahi prosedur dengan menyita makanan, maka silahkan diproses untuk pemberian sanksi atau lainnya. Bila netizen bersimpati kepada Ibu Sainah dan secara sukarela memberi bantuan, dapat kami fahami. Silahkan.
Tetapi usulan dan wacana (atau rencana?) pencabutan Perda yang dilandaskan tuduhan tuduhan dari pihak luar, seperti intoleran, melanggar hak warga negara, menghalangi penghidupan, SARA, berasal dari mana suara suara itu?
Silahkan dicek, mereka bukan dari masyarakat Serang. Jangan tuduh Perda ini SARA. Kami Muslim-non Muslim sudah biasa hidup berdampingan berabad-abad lamanya. Bahkan tempat tempat peribadatan non Muslim berdiri tegak, megah ditengah pusat kota Serang dan kami semua baik baik saja.
Perda adalah aspirasi kami. Sama sekali tidak mendasar semua alasan yang dituduhkan untuk pencabutan Perda. Bantu kami, Pertahankan PERDA Perihal "Jam Buka Rumah Makan selama Ramadhan" di Kota Serang! Terimakasih Nuha Uswati - Serang.
Petisi ini akan dikirim ke:
Walikota Serang
DPRD Kota Serang
Mendagri
Presiden RI
https://www.change.org/p/pertahankan-perda-perihal-jam-buka-rumah-makan-selama-ramadhan-di-kota-serang
Hingga saat berita ini ditulis petisi telah mendapat 10.943 dukungan online.
Tanggapan masyarakat Indonesia terhadap Perda Ramadhan memang terbelah 2. Kalangan Islamis kuat mendukung Perda-Perda sejenis untuk menghormati bulan suci Ramadhan. Perda dianggap sebagai perwujudan dari aspirasi masyarakat dengan kultur relijius.
Sementara kalangan abangan, Sekuler, Liberal dan sebagainya menganggap Perda sebagai sesuatu yang "intoleran" dan "diskriminatif". Orang berpuasa dinilai tidak perlu pernghormatan.
Kasus Saenih masih jadi perbincangan
Berbagai jaringan media nasional, bahkan kelas dunia, mengangkat berita tentang ibu Saenih "Warteg". Ia juga telah mendapat bantuan besar dari berbagai kalangan yang iba saat video warungnya dirazia Satpol PP beredar.
Sosok Saenih menjadi tema sentral kritikan terhadap Perda Ramadhan yang diangkat oleh beberapa media, seperti grup Kompas dan bahkan BBC internasional.
Selain dari netizen pendukungnya, bantuan kepada keluarga Saenih berasal dari Mendagri dan Presiden RI senilai puluhan juta Rupiah.
Total donasi dukungan iba bagi ibu Saenih mencapai USD 19 ribu atau 250 juta Rupiah.
Dalam wawancara kepada BBC, ibu Saenih mengaku dibentak-bentak, "Apa itu tidak melihat di depan (surat edaran pembatasan waktu buka warung makan)?", ujarnya mengikuti pernyataan seorang petugas Satpol PP.
Namun ia mengaku tidak bisa membaca kepada petugas. "Iya ngelihat bapak, cuman saya nggak tahu baca", jawab Saenih saat razia itu.
Dalam razia itu, petugas Satpol PP menyita beberapa barang dagangan warung itu, KTP Saenih juga ditahan agar ia melapor untuk penyelesaian kasus lebih lanjut.
Menurut petugas, penyitaan itu hanya sebagai alat bukti, barang dagangan dan KTP bisa diambil sendiri saat sore hari, setelah mendapat pembinaan lebih lanjut. Petugas juga tidak membawa kasus ini ke sanksi maksimal bagi pelanggar Perda. Meski Saenih tidak mengambil barang dagangannya.
Kepada BBC, Saenih menyatakan jika uang bantuan dari netizen dan pemerintah akan digunakannya untuk menambah modal usaha, untuk biaya berobat dan untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Namun informasi berbeda tentang keluarga Saenih "Warteg" diangkat oleh jaringan koran lokal TRM (Tangerang Raya Media). Dalam berita bersumber seorang warga yang mengaku kenal, keluarga Saenih dianggap golongan kaya.
Keluarga itu memiliki 3 cabang Warteg dan sebuah mobil. Bahkan suami Saenih disebut-sebut terlibat aktivitas perjudian.
Seperti dilansit TRM, seorang warga mengaku mengetahui kehidupan Saeni sebenarnya, Rabu (15/6) siang mendatangi Kantor Satpol PP Kota Serang di Jalan Ahmad Yani, Cipare, Kota Serang.
Warga bernama Nasir yang mengaku berasal dari Kampung Cikepuh, Kecamatan/Kota Serang mengatakan tahu persis kehidupan sebenarnya keluarga Saeni, yang warung nasinya dirazia petugas Satpol PP Kota Serang dan menjadi perhatian banyak pihak.
Menurut Nasir, Saeni bukan warga tidak mampu seperti yang tergambar di media selama ini. Nasir bahkan mengungkapkan suami dari Saeni yang biasa dipanggil Alex adalah bandar Judi di Kampung Cikepuh, Kecamatan Serang, Kota Serang.
“...Sebenarnya, dia punya mobil satu, dan warteg tiga, yaitu daerah Rau, Kaliwadas, dan Tanggul. Di Jawanya saja dia orang kaya”, ujar Nasir di Kantor Satpol PP Kota Serang.
Saat itu, kedatangan Nasir bersama beberapa orang dari organisasi kemasyarakatan diterima Kepala Satpol PP Kota Serang, Maman Lutfi dan jajaran.
Nasir kembali menceritakan kehidupan Saeni, terutama suaminya yang bernama Alex tersebut. “Memang sudah pada tahu semua kalau Alex suami Saeni ini adalah bandar judi. Dia sudah lama bermain judi. Dia jadi bandar untuk daerah Serang. Judi gapleh dan judi bola. Beberapa Satpol PP Kota Serang juga sudah tahu Alex itu siapa, dan latar belakangnya seperti apa”, papar Nasir.
Menurut Nasir, sebagian besar warga juga mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya keluarga Saeni. “Jadi selama ini publik sudah tertipu oleh keluarga dia. Saya memang tahu benar kok dia itu siapa, dan anak-anak mereka juga kuliah semua”, tegasnya.
Bahkan, lanjut Nasir, warga dalam waktu dekat akan mengambil tindakan terhadap Alex. “Kami juga dalam waktu dekat akan mengusir mereka dari lingkungan Cikepuh”, tegasnya. (Kompas/BBC/TRM/rslh)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment