Saturday, 18 June 2016
Acara Gereja Berbalut Buka Puasa
Semarang – Kunjungan Sinta Nuriyah Wahid untuk menghadiri acara di gereja Yakobus Zebedus, desa Pudak Payung, kecamatan Banyumanik, Semarang mendapat penolakan umat Islam Semarang. Pasalnya, acara yang diiringi dengan buka puasa bersama tersebut dinilai berpotensi menimbulkan pemurtadan lantaran mengundang banyak warga muslim sekitar.
“Dengan tegas kami masyarakat muslim yang terdiri dari forum takmir masjid dan mushola Pudak Payung, NU ranting, NU cabang Banyumanik, Pemuda muhammadiyah Banyumanik, MUI kodya Semarang, HTI dan FPI Jawa Tengah menolak acara tersebut,” kata Andi Izza, salah satu takmir masjid At-Taubah di Pudak Payung saat dihubungi Kiblat.net, Jum’at (17/06) malam. Andi menjelaskan bahwa penolakan itu berdasarkan pertimbangan akidah Islam, sehingga tidak ada toleransi di dalamnya.
Sempat terjadi dialog cukup panjang dalam aksi penolakan itu. Polrestabes Semarang menjadi mendiator dalam dialog antara ormas Islam dan pihak gereja. Dari dialog ini beberapa poin kesepakatan pun dihasilkan.
“Pertama, acara buka bersama untuk warga Muslim dipindahkan ke balai desa Pudak Payung dan tidak boleh ada peran gereja,” jelas Andi.
Sedangkan yang kedua, lanjut Andi, kunjungan ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid hanya boleh diterima di halaman gereja Yakobus Zebedus oleh warga katolik/ kristen dan panitia saja.
“Kunjungan juga akan langsung diawasi oleh elemen Islam setempat, sehingga apabila ada warga muslim yang datang ke gereja bisa langsung diarahkan ke balai desa Pudak Payung, dengan jumlah tamu undangan 500 orang 90 persen ummat Islam,” imbuhnya.
Adapun ketiga, Andi mengatakan tidak diperbolehkannya melakukan ritual ibadah Islam di dalam lingkungan komplek gereja (pembacaan ayat suci Al-Quran, buka puasa bersama, doa buka puasa, adzan dan sebagainya).
“Sehingga perlu diluruskan berita media sekuler yang kesannya ormas Islam mengusir ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman, padahal tidak sama sekali,” tandasnya.
Andi juga mengungkapkan bahwa acara ini berawal dari program pluralisme gereja induk Paroki Raja di Ungaran, Semarang. Ia bersyukur acara ini berhasil digagalkan, sembari mengingatkan tentang adanya program-program serupa yang biasa diadakan oleh pihak gereja.
“Semoga bisa diambil pelajaran bagi kita semua kususnya umat Islam agar lebih waspada dengan pendangkalan aqidah dan pemurtadan dibalik acara-acara gereja tersebut. Contoh juga acara pembagian sembako, pengobatan gratis dan lain-lain,” himbaunya.
Untuk membentengi akidah umat Islam, Andi mengatakan pihaknya akan menghimpun takmir-takmir masjid di Semarang agar terjalin ukhuwah yang lebih solid.
“Kami sudah mulai konsolidasi dengan FPI, HTI, NU ranting dan cabang, FDS (Forum Dakwah Sunnah), pemuda Muhammadiyah, serta MUI. Agar ke depannya tidak lagi kecolongan kegiatan yang serupa,” pungkasnya.(kiblat)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment