Friday, 20 November 2015
Islamophobia dan Tragedi Pengungsi
Oleh: Ahmad Dzakirin (Peneliti Center for Indonesian Reform)
Ada yang menarik dalam serangan teroris di Paris. Pasca serangan brutal ditemukan paspor Suriah di antara jasad teroris. Tidak terburu untuk menyimpulkan, pihak intelejen Perancis dan Jerman menegaskan bahwa pelaku aksi serangan adalah warga Uni Eropa dan sebaliknya mensinyalir jika paspor tersebut secara sengaja ditaruh kelompok ISIS sebagai upaya membalikkan opini publik untuk mencegah masuknya pengungsi Suriah.
Oleh karena itu, seperti dikatakan Presiden Hollande, pemerintah Perancis tetap berkomitmen merealisasikan janjinya untuk menerima 30 ribu pengungsi Suriah, kendati dihantam aksi terorisme terburuk setelah serangan brutal atas Charlie Hebdo. Katanya, “Kewajiban kemanusiaan kita berkaitan dengan nasib para pengungsi berjalan bersama dengan kewajiban kita melindungi rakyat Perancis.”
Sebagai bagian kampanye hitam, para politisi AS ( dan beberapa negara Eropa lainya) telah termakan oleh propaganda tersebut sehingga 31 gubernur negara bagian AS menolak kedatangan pengungsi. Dan lebih buruk lagi, sebagian diantara mereka mengusulkan pembatasan penerimaan pengungsi kepada kalangan pengungsi Kristen. Kini, Konggres meloloskan aturan bagi penundaan program yang mengijinkan masuknya pengungsi Suriah dan Iraq sebelum mereka meyakini bahwa masuknya para pengungsi tersebut tidak berimplikasi kepada keamanan AS.
Para politisi tersebut lupa bahwa tragedi dan gelombang pengungsi merupakan akibat dari kebijakan politik luar negeri AS.
Sebaliknya, Perancis dan beberapa negara Eropa tetap mengambil tanggung jawab kemanusiaan tersebut.
Sebagai sebuah target politik, aksi teror di Perancis kemarin sukses membangun dua formula politik penting yang mereka inginkan, Pertama, bangkitnya Islamophobia di dunia. Aksi kekerasan tersebut jelas tidak ditargetkan untuk memperkuat image maupun posisi politik umat Islam di dunia. Tidak lama, pasca serangan, aksi phobia menghantam minoritas Muslim di AS dan Eropa. Keluarga Muslim dipaksa turun dari maskapai penerbangan Amerika tanpa alasan, dan para sopir Muslim tidak beroperasi karena aksi intimidasi. Tidak lama, setelah aksi terorisme di Paris, Perancis segera membalasnya dengan serangan udara yang tidak kalah brutal atas ‘target-target’ ISIS di Suriah.
Kedua, menghentikan arus pengungsi Suriah yang berupaya menyelamatkan diri dari kekejaman ISIS dan rejim Bashar Assad. Ini artinya, tragedi kemanusiaan akan terus berlangsung dan boleh jadi mencapai titik kulminasi yang tidak dapat lagi diperhitungkan. Ribuan diantara mereka tewas tenggelam di laut Mediterianian demi menyeberang ke Eropa. Turki sendiri telah menanggung 2,5 juta pengungsi dan kini kita tengah menunggu tanggung jawab politik dan kemanusiaan mereka. Baik AS maupun Eropa memiliki andil besar atas kekacauan politik di Timur Tengah.
http://www.islamicgeo.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment