Saturday, 7 November 2015
DUKUNGAN ARAB SAUDI UNTUK PEJUANG OPOSISI MEMBUAT ASSAD KEOK
Serangan oleh tentara rezim Suriah dan sekutunya yang didukung oleh serangan udara Rusia menjadi lebih lambat dari yang diharapkan karena meningkatnya dukungan Arab Saudi untuk pejuang oposisi, sumber senior yang dekat dengan pemerintah rezim Suriah mengatakan, sebagai reaksi atas kemampuan pejuang oposisi menghadapi tekanan dalam serangan balasan pada hari Jumat.
Kelompok mujahidin berhasil merebut desa Atshan di provinsi Hama, kemunduran kedua bagi pemerintah dan sekutunya di daerah tersebut dalam beberapa hari, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia dan sumber pejuang oposisi mengatakan. Kota terdekat Morek jatuh ke tangan mujahidin pada hari Kamis.
Didukung oleh serangan udara Rusia, tentara rezim Suriah dan sekutunya termasuk Garda Revolusi Iran dan Hizbullat Libanon telah meluncurkan beberapa serangan di daerah vital untuk memulihkan kembali kontrol Bashar al-Assad atas wilayahi Suriah barat.
Namun para analis mengatakan rezim tidak meraih kemajuan yang berarti, awal pekan ini satu-satunya terobosan terbaik mereka adalah kemajuan kecil di selatan Aleppo. Para pejabat AS telah menyuarakan pandangan yang sama, sementara pejuang oposisi mengatakan serangan yang didukung Rusia telah gagal dan mereka mengharapkan kemajuan bisa diraih oleh kelompok mujahidin.
Dalam penilaian jujur dari situasi yang dihadapi pihak rezim, dua sumber senior yang - tak satu pun dari mereka asli Suriah - mengatakan jalannya pertempuran telah diperlambat oleh dukungan militer yang semakin besar untuk pejuang oposisi dari Arab Saudi, yang berlomba-lomba untuk berebut pengaruh dengan Iran di seluruh Timur Tengah dan ingin Assad mundur dari kekuasaan.
Mereka menyoroti peningkatan persediaan rudal anti-tank TOW ke pemberontak sebagai faktor terbesar kegagalan serangan Assad dan sekutunya.
Mereka mengatakan serangan "pemerintah" masih berada pada jalurnya meskipun akan lebih lambat dari yang dibayangkan. Garis pertahanan frezim, khususnya di provinsi pesisir Latakia, telah ditopang.
Observatory melaporkan pasukan rezim Assad dan sekutu mereka telah merebut sebuah desa di provinsi Latakia, Jumat.
"Dukungan dari Arab Saudi untuk oposisi tidak berhenti tetapi sekarang ditingkatkan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan inilah yang telah berpartisipasi dalam memperlambat operasi, menunda prestasi besar (rezim) di lapangan," kata salah satu sumber, yang dirahasiakan identitasnya.
Sumber kedua mengatakan: "Arab Saudi berada dalam keadaan kegilaan, mereka meningkatkan dukungan ke tingkat terbesar." Peningkatan pasokan rudal TOW buatan AS untuk pejuang oposisi adalah alasan utama serangan di wilayah Sahl al-Ghab sempat terhenti, kata sumber itu.
Kedua sumber adalah pihak yang dekat dengan perkembangan politik dan militer di Suriah dan berbicara dengan syarat anonim karena mereka bukan juru bicara resmi untuk pemerintah rezim atau sekutu-sekutunya.
Sahl al-Ghab adalah dataran sebelah pegunungan pesisir yang membentuk benteng bagi rumah mayoritas sekte Alawit Assad dan perisai pantai termasuk sepanjang timur Latakia. Pejuang oposisi maju ke Sahl al Ghab awal tahun ini, dimanan kemajuan ini membuat Rusia memutuskan untuk campur tangan dalam mendukung Assad.
Sumber tersebut mengatakan pertempuran di selatan Aleppo saat ini menjadi prioritas bagi pemerintah dan sekutunya, khususnya Iran.
"PENGIRIMAN LEBIH BANYAK LAGI SENJATA MEMATIKAN"
Arab Saudi telah menunjukkan dalam beberapa pekan terakhir dukungan untuk oposisi Suriah yang semakin intensif dalam menghadapi peningkatan dukungan Iran dan Rusia untuk Assad. Menteri luar negeri Saudi pada 31 Oktober di Riyadh telah mempertimbangkan mengintensifkan dukungan kepada pemberontak dengan menyediakan "senjata yang lebih mematikan".
Kelompok oposisi Suriah yang berjuang di bawah bendera Free Syria Army juga telah didukung dengan persenjataan di bawah program termasuk pelatihan militer oleh Badan Intelijen Pusat AS.
Reuters melaporkan pada 31 Oktober dari Washington bahwa CIA, bekerja sama dengan Arab Saudi dan Qatar, baru-baru ini memperluas jumlah kelompok pejuang yang menerima dukungan, dan secara sembunyi-sembunyi memberikan senjata termasuk rudal anti-tank TOW, mengutip sumber yang dekat dengan pelaksana operasi tersebut.
Sumber lain mengatakan pengiriman terbaru dengan jumlah TOW yang signifikan telah dilaksanakan pada bulan Oktober, yang menurut Amerika Serikat diterima oleh pejuang Sunni moderat di barat laut Suriah
Beberapa kelompok FSA menyatakan mendapat pasokan berlimpah rudal TOW buatan AS sejak intervensi Rusia dimulai pada 30 September, meskipun pihak lain mengatakan tidak ada perubahan dalam kuantitas atau kualitas senjata yang dipasok melalui Turki. Permintaan mereka untuk sistem anti-pesawat sejauh ini tampaknya belum terjawab.
Pemimpin kelompok pejuang FSA yang membantu operasi merebut Morek dari pasukan rezim pada Kamis, Fursan al-Haq, mengatakan rudal TOW memiliki "peran besar" di sana, selain persatuan di antara kelompok-kelompok pejuang dan semangat yang tinggi.
Tarif al-Bayoush, seorang mantan perwira rezim Suriah yang membelot dan melawan Assad, mengatakan kepada Reuters kelompoknya menghancurkan sebuah tank dengan rudal TOW di Atshan pada Kamis, meskipun ia membantah memang ada peningkatan dukungan militer.
"Rencana rezim gagal karena keteguhan para pejuang dan bagaimana mereka mampu bergerak cepat untuk menyerang dalam beberapa hari," katanya.
Ahmed al-Seoud, ketua kelompok FSA lain, Divisi 13, mengatakan telah enam minggu Rusia, rezim dan tentara bayaranya mengalami kegagalan. "Rezim telah gagal," katanya kepada Reuters.
Pejuang oposisi mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa taktik baru dan organisasi yang lebih baik telah membantu mereka untuk bertahan terhdapa serangan dan mulai melawan.
Sumber utama pro-Damaskus mengatakan prioritas militer saat ini adalah operasi ofensif ke selatan Aleppo.
"(Serangan) telah berhenti di Sahl al-Ghab, atau katakanlah pertempuran bergerak pada tingkat minimum," kata sumber itu. "Mereka berfokus sekarang menuju Aleppo dengan satu alasan: Iran memberikan prioritas, dan mungkin juga karena mereka yakin bahwa tidak ada lagi bahaya ke arah pantai di Ghab Plain."
Sementara sumber kedua mengatakan penggunaan rudal TOW telah "membuat perbedaan", menambahkan: ". Kami memiliki strategi penangkal, tapi untuk alasan militer kita tidak bisa bicara tentang hal itu"
Rami Abdulrahman, direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan: "Rezim telah berhasil untuk mencapai kemajuan pada tingkat tertentu di Latakia dan front Aleppo selatan, tetapi keberhasilan tersebut tidak strategis, dan gagal sepenuhnya di Hama utara dan Homs, khususnya di utara Hama. "
Reuters
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment