Saturday, 16 May 2015
Kebohongan Publik dalam Sistem Pendidikan: Larangan Calistung di TK
Beberapa hari yang lalu saya twit demikian: Larangan calistung di TK / PAUD merupakan suatu pembodohan massal.
Pembodohan massal yg sungguh menyesatkan.
----------------------------------
Pernyataan saya ini bukan tanpa dasar.
Saya telah melakukan asesmen pada sekian banyak siswa TK dan SD.
Masalah yang muncul pada anak-anak adalah gangguan konsentrasi, gangguan pada perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta gangguan komunikasi dg orang dewasa dan teman seusia, dan gangguan perilaku lainnya.
Gangguan2 tsb menyebabkan anak jadi under achiever, yaitu menampilkan kemampuan akademik & umum jauh dibawah potensi dasar yg sesungguhnya.
Pada siswa SD kelas 1-3, setelah melalui proses pemeriksaan menyeluruh, secara umum ternyata penyebabnya ada 2 (dua) yaitu Penyebab "lemahnya" anak2 kita...
Pertama adalah TV, Video, dan Game.
Kedua adalah persiapan pembelajaran di TK yg tidak tuntas.
Penyebab pertama sdh kita bahas panjang lebar beberapa waktu lalu ~> #TV #Game #Video ~ Penghambat kecerdasan
Penyebab kedua, belum kita bahas tuntas.
Banyak yg protes ketika saya menyatakan bahwa saya tidak setuju larangan belajar calistung di TK.
Saya tegaskan...
"Larangan belajar calistung di TK adalah PEMBODOHAN."
Anda yg percaya anak TK dilarang belajar CALISTUNG, juga termasuk korban yg sukses dibodohkan.
Mengapa?
Kita lanjut nanti setelah Isya
smile emotikon
----------------------------------
#Pembodohan #Pertama, ada sebuah kenyataan yang kalau semua orang tahu pasti bakal terpekur. Apa itu?
Kurikulum pembelajaran sekolah2 kita sejauh ini masih banyak mengadopsi barat, sayangnya proses tiru2nya bersifat parsial. Apa maksudnya?
Baik, saya akan mencontohkan TK dan SD di barat.
Kurikulum SD yg selama ini dianggap "sulit" adl acuan dr barat, oke ~ Ortu & guru mengeluh bahwa anaknya stress bahkan menghindari sekolah.
Penyebabnya jelas, karena belum tuntas persiapan belajarnya ~ Tidak ada calistung di TK, kalaupun ada calistung dilakukan sembunyi2 oleh guru dan tidak jadi fokus utama ~ Masuk SD kelabakan.
Tadi contoh pertama adopsi yg parsial ~ mengadopsi kurikulum SD tanpa memikirkan persiapannya.
Contoh kedua adopsi yg parsial adalah mencontoh TK / kindergarten di Barat.
Saya banyak sharing dengan teman2 yg hidup di luar negeri dan anak2 mereka sekolah di sana sejak usia dini.
TK disana, tujuan pembelajarannya #psikologis, frameworknya: mendidik jd confident learner, punya wellbeing yg bagus, berkomunikasi dg baik.
Proses pembelajaran dan latihan terkait dengan latihan motorik kasar dan halus, pre reading, pre writing...
Latihan tdk terlepas dari pekerjaan membaca & menulis, meskipun tdk ada tuntutan utk lancar membaca & menulis.
Tdk ada output akademik.
Tahukah anda usia berapa anak di kindergarten / TK ~> usia 3 - 4 tahun!!! Bukan usia 5/4 - 6/7 seperti di Indonesia!
BEDA umur!!
Adopsi yg parsial, TK disana beda dengan disini!
Kemudian umur anak masuk SD disana adalah 5 tahun!
Bukan 6 atau 7 tahun seperti di Indonesia!
BEDA!!
Anak sd yang berusia 5 tahun tadi diajari CALISTUNG, dan masuk kelas 0 (NOL). Mereka sudah SD lho, sama seperti kakak2 kelasnya.
Umur 6 tahun, mereka naik kelas 1 SD dengan kondisi sudah mahir calistung dan siap menerima pelajaran / informasi yg lbh kompleks.
Bagaimana dengan anak2 Indonesia yg tidak diajari calistung di TK?
Umur 7 tahun mereka belum bisa calistung!
Sangat memprihatinkan!
Apa akibatnya bagi anak-anak Indonesia yg sudah 7 tahun dan baru belajar calistung?
Akibatnya anak-anak Indonesia banyak yang mempunyai masalah calistung pada saat kelas 1 sampai kelas 3.
Naik kelas 4, seharusnya anak sudah terkondisi mandiri belajar. Namun keadaan tidak demikian, kls 1-3 dia tidak enjoy belajar di sekolah..
... Kelas 4 & seterusnya anak sulit memahami materi pelajaran.
Pola2 ini sangat mungkin berlangsung seterusnya... smp, sma, kuliah, dst
frown emotikon
Bermula dari pembelajaran PAUD / TK yang tidak tuntas. #Pembodohan #1
----------------------------------
Untuk yang masih ngeyel, kultwit dibaca dari awal, anda juga korban
frown emotikon
#Selingan
----------------------------------
#Pembodohan #Kedua, Kenyataan yg akan membuat kita terhenyak karena sudah dibohongi habis2an. Apa itu?
Pernah saya bahas bahwa perkembangan kecerdasan anak sangat pesat di usia dini.
Usia 4 tahun perkembangan kecerdasan sdh 50%, usia 8 th perkembangan kecerdasan sdh 80%, dan usia 18 sdh mencapai titik kulminasi 100%.
Setelah usia 18 tahun, seseorang TIDAK akan bertambah CERDAS, hanya penambahan pengetahuan dan perbaikan pola belajar.
Pada usia dini, modalitas yang paling besar bagi pengembangan kecerdasan adalah kemampuan integrasi visual motorik perseptual.
Secara umum bisa dikatakan sbg kemampuan visual, motorik dan perseptual yg diolah otak sehingga membentuk kecerdasan.
Semakin anak mendapatkan banyak stimulus melalui visual, motorik dan perseptual maka otaknya akan berproses membentuk kecerdasan.
Proses pelatihan reading dan writing adalah stimulus yang paling hebat dalam membentuk kecerdasan.
Seorang anak yg sudah dapat membaca, akan melalui perkembangan belajar apa saja, yg sangat cepat dibandingkan sebelumnya.
Bisa membaca, menulis, berhitung...
Semakin meningkatkan kemampuan perkembangan kecerdasan anak!
Larangan membaca, menulis, berhitung di TK ~ Menghambat kecerdasan!
Bermula dari pembelajaran PAUD / TK yang tidak tuntas. #Pembodohan #2
----------------------------------
Masih mau dibodoh-bodohin, ditipu-tipu secara massal?
Masih nekat melarang calistung di TK? #mikir
----------------------------------
Mohon maaf bila ada kesalahan dan pilihan kata yg agak galak. Sesungguhnya ini bentuk kepedulian saya. InsyaAllah sahabat semua mengerti
smile emotikon
Allahu Akbar!
(dwi estiningsih)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment