Monday, 4 May 2015
Dilema Uni Eropa Mensikapi Turki Yang Makin Kuat
Erdogan bersuara menanggapi kecaman Uni Eropa atas dirinya yang dinilai terlalu keras menghadapi pihak oposisi di Turki. Dalam pidatonya baru-baru ini, Erdogan mengirimkan pesan kepada Uni Eropa dengan mengatakan: Uni Eropa tidak mungkin mengajarkan Turki tentang demokrasi ditengah kebisuan Eropa melihat sikap anti demokrasi yang terjadi di Mesir, Palestina atau negara lainnya seperti Afrika Tengah, dimana demokrasi hanya mimpi.
Dalam pidatonya ketika meresmikan kereta api cepat yang baru-baru ini diluncurkan Turki, Erdogan menegaskan, selama ini Uni Eropa justru seakan tidak paham demokrasi, karena hanya bisa diam melihat tindakan anti demokrasi yang dilakukan Israel di Palestine, begitu juga yang dilakukan As-Sisi di Mesir. Erdogan malah mengajak Uni Eropa bergabung dengan Turki jika benar-benar ingin membangun demokrasi sejati, itu jika Uni Eropa berani, jika benar Uni Eropa tidak takut atas tekanan pihak manapun seperti Israel dan saudara tuanya, Amerika Serikat.
Seperti diketahui, Minggu silam, Uni Eropa mengutuk keras penahanan yang dilakukan polisi Turki atas 30 penentang Erdogan, diantaranya satu orang wartawan. Menjawab hal itu, Erdogan mengatakan kami sebagai rakyat Turki lebih paham dengan situasi dalam negeri kami, jika Uni Eropa ingin tahu mari kita duduk bersama, sambil menyindir ketakutan beberapa negara Uni Eropa akan rencana bergabungnya Turki kedalam organisasi tersebut.
Uni Eropa saat ini sedang kebingungan menyikapi proposal Turki yang meminta untuk bergabung. Disatu sisi Uni Eropa butuh tambahan kekuatan, karena militer dan ekonomi negara Turki begitu kuat, ditambah lagi sekarang Turki dibawah kepemimpinan Erdogan menjadi salah satu negara sangat berpengaruh di benua biru tersebut. Disisi lain, Uni Eropa tidak mau gegabah menerima bergabungnya Turki, karena Erdogan dinilai representasi politik islam. (Hasmi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment