Friday, 21 November 2014
Masuk Islam Gara-Gara Dikejar Anjing
Akhirnya Masuk Islam Segala puji hanyalah bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tuhan yang Mahakuasa atas segala sesuatu, yang mengatur pergantian siang dan malam. Tuhan yang melihat hamba-hamba yang tengah sujud di kegelapan malam, Tuhan yang mendengarkan doa-doa hamba-Nya.
Tuhan yang ketika disebutkan nama-Nya bergetarlah hati hamba-hamba-Nya yang beriman, dan ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambah kokohlah iman mereka.
Tuhan yang Agung yang penuh belas kasih. Tuhan yang kepadanya semua makhluk akan kembali dan dikumpulkan.
Ia memberikan hidayah kepada manusia dengan cara-Nya. Kadang cara itu tidak terduga. Maha suci Allah…
Beberapa orang pemuda tengah berkumpul di rumah Allah, di sebuah mesjid, di kota Paris. Sebagian mereka adalah orang-orang yang baru memeluk Islam. Sebagian lain adalah muslim sejak kecil.
Setiap hari usai shalat subuh berjamaah setiap orang secara bergantian membaca kitab Riyadus Solihin yang disusun oleh Imam Nawawi.
Setelah hadits-hadits itu dibaca, mereka menghafalkannya dan menancapkan niat dalam hati untuk mengamalkan dan menyampaikan pada orang lain, sebagaimana pesan Rasulullah, “Ballighuu `anniy walau aayah”, sampaikanlah tentangku walau satu ayat yang kalian tahu!
Beberapa orang ulama menjelaskan hadits ini, ballighuu: sampaikanlah, adalah sebuah perintah dari Rasul yang harus diikuti, `anniiy, tentangku, adalah suatu kemuliaan menyampaikan risalah Rasul, walau aayah: adalah takhfif, sebuah keringanan. Di mana setiap muslim memiliki kesempatan untuk menjadi seorang muballigh, da`i ke jalan Allah SWT, mengajak manusia kepada ketaatan, menyampaikan apa yang ia ketahui tentang al-Qur`an dan hadits-hadits Rasulullah.
Setelah membaca dan mendengarkan hadits-hadits dengan penuh cinta, ta`zhim dan tasdiq (membenarkan apa yang didengar), mereka bermusyawarah. Seseorang dari mereka ditunjuk untuk memimpin musyawarah.
“Saudara-saudaraku, tak henti-hentinya kita memanjatkan syukur kepada Allah `Azza wa Jalla, pada hari ini kita telah kembali dihidupkan. Allah memberi kita kesempatan untuk beribadah pada-Nya, bertobat atas dosa-dosa kita, menambah bekal untuk akhirat. Mari kita isi hari ini dengan memperbanyak istighfar, memperharui tobat dan beramal soleh.”
“Saudaraku, kita juga harus bersyukur Allah memberi kita kesehatan dan kelapangan untuk shalat subuh di rumah Allah swt ini. Sebuah hadits dari Ustman bin Affan radhiyallahu `anhu berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah, maka seolah-olah ia telah mendirikan setengah malam, dan barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, maka seolah-olah ia telah mendirikan (shalat) seluruh malam”, hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.”
“Dalam hadits lain disebutkan, dari Abi Zuhair Umarah bin Ruaibah radhiyallahu `anhu berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang shalat sebelum terbit matahari dan sebelum tenggelam matahari, yaitu shalat subuh dan ashar. Hadits ini juga diriwayatkan Imam muslim.”
“Saudaraku, mari kita isi hari ini dengan ketaatan. Kita manfaatkan setiap detik yang kita lewati, jangan sampai kita lalai, terpedaya oleh tipu daya setan dan hawa nafsu. Saudaraku, usai musyawarah ini hendaknya kita tetap duduk di mesjid untuk berzikir pada Allah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berzikir sampai terbitnya matahari, lalu shalat dua rakaat, maka baginya pahala, seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna.”
Dan terakhir, ada empat perkara yang jika berkumpul dalam diri seorang muslim dalam satu hari, maka ia akan masuk sorga, sebagaimana yang disebutkan Rasul, empat perkara itu adalah: Puasa sunat, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, dan memberi makan orang miskin….
Mereka saling berbagi informasi tentang kegiatan silaturahmi pada hari sebelumnya. Siapa yang telah dikunjungi, bagaimana keadaannya, tinggal dimana, dan seterusnya. Mereka selalu bersemangat demi tersebarnya dakwah ke seluruh penjuru kota Paris dan ke seluruh bumi Allah, agar tidak ada satupun manusia yang meninggal kecuali telah beriman pada Allah subhanahu wa ta`ala.
Di tengah musyawarah mereka dikejutkan dengan masuknya seorang pemuda yang sedang ketakutan ke dalam mesjid, nafasnya tidak teratur, dari wajahnya terlihat bekas ketakutan itu. Ia habis berlari.
Pemuda itu menuju tempat mereka berkumpul. Salah seorang dari mereka dengan penuh lembut dan senyum menyapa pemuda tersebut. “Kenapa Anda terlihat sangat ketakutan, apa yang terjadi?” Pemuda itu masih berusaha mengatur nafasnya, setelah agak tenang, pemuda itu mulai berbicara.
“Tadi, sewaktu saya keluar rumah, di jalan besar tiba-tiba seekor anjing menggonggong kepada saya, saya ketakutan, saya lari, dan anjing itu mengejar saya. Kemanapun saya lari saya dikejarnya, lari balik ke rumah, tidak mungkin, karena jalan pulang ke rumah di belakang anjing itu, saya terus mencari tempat perlindungan. Di ujung jalan saya melihat ada rumah yang terbuka pintunya, di belakang saya anjing terus mengejar, dan akhirnya saya masuk ke sini. Tapi yang membuat saya heran, kenapa anjingnya tidak masuk mengikuti saya, sedangkan tadi kemana arah saya lari dia terus mengejar saya… ini rumah siapa dan tempat apa?”, tanya pemuda itu. “Ini rumah Allah, tempat kaum muslimin beribadah”, salah seorang dari mereka menjawab.
Pemuda itu masih heran. “Maksud Anda?” “Rumah Allah tidak dimasuki anjing, dia makhluk yang najis, sedangkan rumah ini suci, dinaungi oleh malaikat, dan siapa yang masuk ke rumah ini ia akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian” Pemuda itu tercengang-cengang. “Owh.. begitu” katanya masih diliputi rasa penasaran yang tinggi.
Kemudian mereka menjelaskan tentang islam padanya. Hati pemuda itu tersentuh dengan penjelasan-penjelasan yang mereka berikan. Tentang keagungan rumah Allah, tentang islam, tentang indahnya persaudaraan dalam islam, tentang hakikat hidup dan dunia, tentang kematian dan tentang akhirat.
Mereka melihat air matanya menetes, ia terharu, hatinya seolah merasakan tetesan embun hidayah yang menyejukkan.., kemudian mereka mengajaknya memeluk Islam dan pada saat itu juga pemuda tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat… Subhanallah..
Salah seorang dari mereka berucap syukur dalam hati. Pemuda tersebut kerap ia lihat setiap kali ia menuju mesjid, tapi ia tidak kenal namanya. Pemuda yang tak henti ia doakan tiap malam dalam tahajudnya tersebut dengan tetes air mata, kini telah masuk ke pangkuan Islam. Ia pun terharu, memuji Allah, bertasbih, bertahmid dan bersyukur pada-Nya. Tanpa terasa pipinya basah..
“Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Rabb, Engkau telah mengabullkan doa hamba-Mu yang lemah ini yang hamba panjatkan sejak 4 bulan yang lalu,” ucapnya dalam hati.
Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya yang meneteskan air mata tersebut, “Kenapa menangis akhi?, tanyanya. “Saya begitu terharu akhi, Allah telah menggerakkan satu dari makhluknya dan menjadikan sebab masuk Islamnya saudara kita ini, subhanallah..”
Setelah pagi itu, mereka kian bersemangat merintis dakwah, mengajak manusia ke jalan Allah. Tahun demi tahun dilalui, mereka tidak pernah berkeluh kesah, tidak pernah lelah, bahkan semakin gagah dan teguh. Mereka terus berusaha, bergerak dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mengajak manusia ke jalan Allah.
Dan berkat kesungguhan dan doa-doa panjang yang mereka panjatkan di tengah hening dan pekatnya malam, telah banyak orang-orang yang memeluk Islam dan telah banyak kaum muslimin yang sadar akan dirinya dan kembali ke jalan Allah, subhanallah..
Dan pemuda mualaf itu telah menjadi seorang yang gigih menyebarkan risalah islam ke seantero penjuru kota Paris. Ia tak kenal lelah, tak kenal siang dan malam. Dakwah telah menjadi tujuan hidupnya, ia tak kenal henti menangis di sepanjang malam, memohon pada Allah agar hidayah islam masuk ke dalam hati setiap manusia yang belum beriman.
Walau ia dicerca, dimaki ia tak surut, langkahnya telah kokoh sekokoh batu karang di tengah ganasnya ombak, niatnya telah teguh, hatinya telah mantap dan azamnya telah kuat. Tidak akan berhenti sampai ajal menjemput. Ia telah mencintai Islam dengan segenap raga dan jiwanya, cinta yang agung, cinta yang mulia dan cinta yang membawa kepada kenikmatan abadi di sorga kelak.
NB: Ini adalah kisah nyata yang saya dengarkan lansung dari seorang teman saya bernama Rosyid, dari Maroko. Sedikit ditambahkan ilustrasi agar ceritanya mengalir saja…
Salam perjuangan!
marif_assalman@yahoo.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment