Tuesday, 30 September 2014
Ibadah Qurban Sadis dan Tak Pantas Dilihat Anak? Ini Bantahan Psikolog
Ada suara yang membela instruksi gubernur (insgub) Provinsi DKI Jakarta Nomor 67 Tahun 2014 yang melarang pelaksanaan qurban di Sekolah Dasar, dengan alasan bahwa prosesi qurban itu sadis dan tidak pantas dilihat oleh anak-anak. Pandangan itu dibantah oleh seorang psikolog, Irfan Aulia. Dalam wawancara oleh Islamedia, kandidat doctoral dari FISIP UI ini menjelaskan bahwa ibadah qurban malah punya pengajaran yang baik bagi anak. Pria yang berprofesi sebagai pengajar di Fakultas Psilologi Universitas Jayabaya dan konselor keluarga ini juga memberi saran prosesi qurban yang mendidik di sekolah dasar. Simak wawancara kru Islamedia dengan ayah dua anak ini.
Ada agitasi yang mendukung larangan kurban di Sekolah Dasar. Katanya ibadah qurban itu sadis dan bisa mempengaruhi kejiwaan anak. Pandangan anda?
Tidak relevan. Qurban itu secara psikologis dan sosiologis mengajarkan anak untuk berbagi. Untuk pemotongan qurban itu hanya tinggal cara guru menyampaikan dan mengemas. Bila cara mengemasnya bagus, anak akan belajar menyayangi binatang karena ada tata cara utk memperlakukan dan menyembelih binatang. Semisal pakai pisau yang tajam, berdoa, menghadap kiblat. Dan sebagainya.
Bukankah anak punya kecenderungan mencotoh? Saat mereka melihat prosesi penyembelihan, anak akan terobsesi untuk mencoba menggunakan pisau?
Anak-anak lebih mudah mencontoh anime atau film kartun yang menggambarkan tokohnya pakai pisau daripada nonton prosesi penyembelihan. Efek anime atau film kartun lebih terasa.
Apa yang membuat film kartun lebih berpengaruh kepada anak daripada prosesi penyembelihan hewan kurban?
Film kartun memiliki atraksi seperti gambar, suara, dan cerita yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Proses penyembelihan hanya punya efek buruk kalau ada orang dewasa yang menceritakan dengan cara yang buruk dan mencontohkan proses penyembelihan dengan cara yang buruk. Jadi intinya di cara bukan generalisir bahwa proses penyembelihan langsung berakibat buruk.
Prosesi qurban yang ideal dan mendidik bagi anak seusia sekolah dasar seperti apa?
Pra penyembelihan ada prolog dari guru. Semacam mengingatkan kembali makna qurban dan tata cara berkurban. Pas penyembelihan dilakukan dengan tata cara yang benar. Paska penyembelihan anak diajak menyelam makna. Ditanya apa saja yang mereka pelajari. Apa yang mereka bisa ambil pelajaran dsb.
Murid juga perlu diajak untuk mendistribusikan daging kurban?
Itu lebih bagus.
(islamedia)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment