Sunday, 17 August 2014
Mitos Bernama Daif
“Banyak pihak di Israel membayangkan bagaimana Daif bisa tetap hidup setelah satu peluru kendali Hellfire meledakkan mobilnya, mengakibatkan pecahan rudal menembus kepala dan menghancurkan organ-organ vitalnya,”
Untuk kali keempat Israel berupaya membunuh Muhammad Daif, diyakini kembali mengendalikan Brigade Izzudin al-Qassam (sayap militer Hamas) setelah Ahmad al-Jabari terbunuh pertengahan November tahun lalu. Jet tempur F-16 negara Zionis Selasa malam pekan lalu mengebom kediaman Daif di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.
Dia sebenarnya sudah cacat lantaran cedera parah akibat tiga kali usaha Israel melenyapkan nyawanya. Dia memang menjadi sasaran nomor wahid negara Bintang Daud itu dalam dua dasawarsa terakhir. Dia diyakini terlibat dalam serangkaian bom bunuh diri dan penculikan.
Daif kini hanya duduk di atas kursi roda setelah kehilangan dua tangan dan kakinya saat jet tempur Israel mengebom rumah tempat persembunyiannya di Kota Gaza Juli 2006. Satu matanya buta setelah helikopter Israel September 2002 mengebom mobil dia tumpangi dalam perjalanan di kawasan Syekh Radwan.
Meski kelihatan tidak berdaya, Yisrael Hasson, mantan bos Shin Beth (dinas rahasia dalam negeri Israel) dan kini anggota Knesset (parlemen Israel) dari Partai Kadima, meyakini Daif masih memiliki kekuatan mental buat memimpin Brigade Al-Qassam.
“Dia sangat berpengalaman di lapangan. Dia tahu bagaimana menghitung langkahnya dan bertindak serba dirahasiakan,” kata Hasson kepada the Times of Israel. “Tapi itu tidak akan menolong dia. Dia akan mati secara alami cocok untuk seorang teroris.”
Komentar Hasson ini menunjukkan betapa pihak keamanan Israel telah begitu frustasi untuk menghabiskan lelaki disebut ‘manusia teka teki’ ini.
Dilahirkan di kamp pengungsi Khan Yunis pada 1965, Daif menggantikan posisi Salah Syihadah, tewas diserang Israel pada Juli 2002, sebagai komandan Brigade Al-Qassam. Daif diketahui mendalangi sejumlah serangan terhadap Israel, termasuk penculikan dan pembunuhan serdadu bernama Nachshon Wachsman pada dua dekade lalu dan pengeboman bunuh diri atas sejumlah bus di Yerusalem pada Februari dan Maret 1996.
“Banyak pihak di Israel membayangkan bagaimana Daif bisa tetap hidup setelah satu peluru kendali Hellfire meledakkan mobilnya, mengakibatkan pecahan rudal menembus kepala dan menghancurkan organ-organ vitalnya,” tulis wartawan asal Israel Shlomi Eldar dalam bukunya terbitan 2012 Getting to Know Hamas, menggambarkan upaya pembunuhan terhadap Daif pada 2002.
Sebuah foto diambil di lokasi menunjukkan Daif luka, bersimbah darah. Dia merangkak menggunakan kedua siku keluar dari dalam mobilnya terbakar. Pakaiannya dipenuhi debu dan abu. Hampir tidak foto lain mengenai lelaki misterius ini.
Bahkan dalam usaha lebih dramatis pada September 2003, bom seberat seperempat ton menghancurkan atap kediaman Marwan Abu Ras, anggota parlemen Palestina. Rumah itu menjadi sasaran sebab para pentolan Hamas sedang berkumpul di sana, termasuk Syekh Ahmad Yasin dan Daif.
Sehabis usaha pembunuhan terakhir delapan tahun lalu, Daif bersembunyi. Dia dikabarkan dirawat tiga bulan di Mesir. Kurang dari sepekan sebelum Jabari tewas, stasiun televisi milik Hamas Al-Aqsa melansir rekaman aaudio Daif. Dia mengancam invasi Israel bisa berakibat pada penculikan tentara Israel seperti terjadi pada Gilad Shalit.
Tidak semua pihak meyakini Brigade Al-Qassam sekarang di bawah kendali Daif. “Saya menilai dia kini lebih sebagai simbol ketimbang komandan aktif,” ujar Gershon Baskin, penggiat perdamaian dari Israel.
Pastinya, Daif sudah menjadi legenda sekaligus mitos bagi rakyat Palestina.
Times of Israel/Faisal Assegaf
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment