Operasi militer 'Israel' ke Jalur Gaza dinamai dengan Tebing Cadas atau Batu Karang “Steafadl Cliff”untuk mengelabui publik bahwa posisi 'Israel' hanya bertahan dari gempuran roket-roket kelompok perlawanan Palestina. Dengan nama itu pula, 'Israel' ingin pertahanan militer 'Israel' cukup kuat menghadang serangan roket-roket Palestina.
Nyatanya, penamaan itu hanya usaha 'Israel' memutar balikkan keadaan. Sebab 'Israel' bukan bertahan namun menyerang dengan brutal tanpa ampun. Hingga hari ketujuh ini, pertempuran semakin eskalatif. 500 rumah hancur total dibumi hanguskan rata dengan tanah oleh 'Israel’, 12 rumah rusak dan ratusan rumah tidak layak huni, berdasarkan data dari kementerian Perumahan dan Pekerjaan Umum. Sementara 172 nyawa warga sipil melayang dan 1260 orang luka-luka.
Karena itu, kelompok perlawanan Palestina kemudian membalas operasi militer Tebing Cadas itu dengan istilah Daun Rapuh atau daun yang habis dimakan ulat, meminjam istilah Al-Quran di Surat Al-Fiil. Dengan sebagian kemampuan persenjataan yang dimiliki kelompok pejuang perlawanan Palestina tak pernah lelah menebar ancaman kepada warga penjajah 'Israel' dengan roket-roket mengejutkan dari kualitas akurasi dan jarak jelajahnya.
Pertempuran pun belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Setiap serangan keji 'Israel' ke warga Palestina di Jalur Gaza, kelompok perlawanan membalas dengan keras. Sehingga sampai saat inipun belum ada titik terang soal solusi politik.
Menurut pengamat politik Palestina, Rafat Murrah, dalam perang kali ini, 'Israel' berusaha meluaskan target pembunuhan warga sipil sebanyak-banyaknya untuk menunjukkan kepada dunia terutama public 'Israel' sendiri sebagai pihak yang masih kuat dan sekaligus menekan Palestina agar menyerah. Menurutnya, ada dua perkembangan penting dalam pertempuran kali ini; militer 'Israel' berusaha merangsek masuk melalui darat menyerang wilayah tengah Jalur Gaza dan usaha menjatuhkan wilayah pantai Sudaniah di utara Jalur Gaza. Kedua usaha 'Israel' ini digagalkan perlawanan Palestina dan 'Israel' merugi dalam kedua usaha ini.
Kinerja Hamas
Dalam pertempuran kali ini, Hamas mampu mewujudkan sejumlah kerja kualitatif:
1. Sejumlah kendaraan militer berhasil dilumpuhkan oleh Hamas di perbatasan Jalur Gaza. Sebagian berhasil dihancurkan sebagai bentuk kesiapan mereka menggagalkan operasi darat.
2. Brigade Al-Qassam menyampaikan pesan peringatakan kepada perusahan-perusahaan penerbangan agar membatalkan penerbangan ke bandara-bandara 'Israel'. Ini sebagai pukulan untuk ekonomi 'Israel' dalam negeri dan menggagalkan musim liburan bagi wisatawan.
3. Mempublish konten-konten media seperti nashed dan flash dengan berbahaya ibrani yang mampu mempengaruhi kejiwaan di masyarakat 'Israel'.
4. Untuk pertama kalinya dalam sejarah politik dan militer, Al-Qassam menentukan timing jam 9.00 waktu Palestina kemarin lusa mereka akan menghantam Tel Aviv dengan roket dan meminta kepada media agar merekam hal itu. Ternyata benar, tepat jam 9.00 roket Al-Qassam jenis J80 menyerang Tel Aviv. Sebuah kepercayaan diri yang dimiliki sayap militer Hamas ini sekaligu sangat tenang.
Menurut Rafat Murrah, pemerintah penjajah 'Israel' gagal meyakinkan masyarakat bahwa mereka mengalami kemajuan dan bahwa operasi itu memberikan manfaat. Saling lempar tanggungjawab di antara pejabat 'Israel' soal operasi darat masih terjadi.
Baik sikap Amerika maupun PBB, seperti Ban Ki-Moon meminta agar pertempuran dihentikan. Artinya, agresi 'Israel' ini tidak mendapat dukungan dari Amerika dan dunia internasional karena lemahnya situasi 'Israel' sendiri.
Komunikasi politik sampai saat ini belum jelas. Masih menurut Rafat Murrah, Hamas berusaha menekan 'Israel' dan sejumlah pihak baik di bidang militer, media dan politik untuk mencari keuntungan bagi bangsa Palestina. inilah yang menyebabkan selama dua hari 'Israel' seperti menjadi “ karung tinju yang tak henti digebuk seperti Tel Aviv, Al-Quds, Dimona, bandaran-bandara dan puluhan pemukiman. (infopalestina)
0 comments:
Post a Comment