Friday, 13 June 2014
Mukjizat Rasulullah Dan Laparnya Abu Hurairah
Karena keinginannya selalu menyertai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menderita kelaparan yang amat sangat, yang belum diderita oleh orang lain.
Abu Hurairah merasakan bagaimana rasa lapar itu menggigit-gigit perutnya. Ia lalu meletakkan batu diperutnya dengan cara mengikatnya memakai sorban, lalu ditekannya batu itu ke ulu hatinya dengan kedua tangannya, sampai ia terjatuh di masjid sambil menggeliat-geliat kesakitan, hingga sebagian sahabat yang melihatnya mengira ia sakit ayan, padahal sama sekali tidak.
Abu Hurairah pernah menceritakan kepada tabi’in Mujahid dan Ahmad:
Demi Allah, terkadang aku menekan perut ke tanah karena rasa lapar, dan terkadang juga aku mengganjal perutku dengan batu. Pada suatu hari, aku duduk di pinggir jalan yang biasanya selalu dilalui oleh para sahabat, tiba-tiba Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu lewat di tempat itu, maka aku bertanya mengenai salah satu ayat Al-Qur’an, padahal sebenarnya aku tidak semata-mata bertanya melainkan dengan harapan supaya dia mengajak aku kerumahnya, tetapi dia tidak mengajakku.
Kemudian Umar radhiyallahu ‘anhu lewat di tempat itu, kepadanya juga aku bertanya mengenai ayat Al-Qur’an, dengan harapan dia akan mengajakku kerumahnya, tetapi Umar pun tidak mengajakku.
Tidak lama kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lewat di tempat itu. Ketika beliau melihat raut wajahku, beliau memahami apa yang ada dalam hatiku, maka beliau berkata.
“Wahai Abu Hurairah, kemarilah!” panggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
“Labbaik ya Rasulullah!” sahutku.
“Ikutlah denganku!”
Ketika sampai di rumah beliau, aku minta izin untuk masuk , beliau mengizinkan aku masuk. Di dalam rumah, aku melihat ada semangkok susu.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada keluarganya, “Darimana kalian peroleh susu ini?”
“Seseorang mengantarkannya kemari sebagai hadiah untuk kita,” jawab keluarganya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata padaku, “Wahai Abu Hurairah!”
“Labbaik ya Rasulullah,” jawabku.
“Pergilah ke ahli Suffah dan panggillah mereka ke sini!” perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Ahli Suffah adalah para tamu Islam yang tidak mempunyai rumah dan juga tidak mempunyai harta benda. Apabila ada suatu hadiah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka sebagian dimakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sebagian lagi diberikan kepada ahli suffah, dan apabila suatu datang kepada beliau sebagai sedekah, maka beliau tidak memakannya melainkan memberikan semuanya kepada ahli suffah.
Abu Hurairah kembali menceritakan:
Ketika aku disuruh memanggil ahli suffah, aku merasa susah hati, karena sebelumnya aku sangat berharap dapat meminum susu tersebut, sehingga dapat memulihkan kekuatanku untuk sehari semalam, sedangkan aku disuruh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk memanggil mereka. Jika mereka datang, maka pasti aku harus memberikan susu itu kepada mereka, lalu mereka semua meminumnya sehingga tidak akan tersisa lagi untukku.
Akan tetapi tidak ada jalan lain selain taat kepada Allah dan Rasul-Nya, karena itulah aku pergi memanggil mereka. Lalu mereka datang dan meminta izin masuk, dan duduk di tempatnya masing-masing.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Wahai Abu Hurairah, ambillah susu itu dan berikan kepada mereka!”
Akupun mengambil mangkok susu itu dan memberikannya kepada mereka, lalu secara bergantian setiap orang meminumnya hingga merasa kenyang, sehingga aku memberikannya kepada orang yang terakhir di antara mereka.
Setelah selesai, aku serahkan kembali mangkok susu itu kepada Rasulullah, lalu beliau menerimanya yang ternyata di dalam mangkok itu masih tersisa susu. Kemudian Nabi mengangkat kepalanya melihat ke arahku sambil tersenyum dan berkata, “Wahai Abu Hurairah, kini tinggal aku dan kamu.”
“Engkau benar, ya Rasulullah,” jawabku.
“Sekarang duduk dan minumlah!”
Maka aku pun duduk dan meminum susu tersebut. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyuruhku meminum lagi. Aku pun meninumnya lagi. Beliau terus menyuruhku untuk meminumnya, sehingga aku berkata, “Cukup, demi Dzat yang telah mengutus engkau dengan kebenaran, tidak ada lagi tempat yang kosong dalam perutku.”
“Baiklah, berikanlah mangkok itu padaku!”
Maka aku pun memberikan mangkok itu kepada beliau, kemudian beliau meminum sisa susu yang masih terdapat di dalam mangkok tersebut.
Di lain waktu Abu Hurairah bercerita kembali:
“Sudah tiga hari lamanya aku tidak makan apa-apa, lalu aku keluar berniat pergi ke suffah, tetapi karena badanku sangat lemah, ditengah jalan aku terjatuh. Anak-anak kecil yang melihatku berkata, “Abu Hurairah terkena penyakit gila!” aku menjawab, “Tidak, Kalianlah yang gila.” Aku terus merangkak hingga sampai di suffah. Setibanya di sana, aku melihat ada dua piring Tsarid (roti yang dicampur daging kuah) dibawa kehadapan Rasulullah, lalu beliau memanggil ahli suffah untuk bersama-sama makan tsrid tersebut. Merekapun menyantapnya bersama-sama. Aku melihatnya dengan memanjangkan leher berharap agar Nabi memanggilku. Setelah ahli suffah selesai makan, mereka semua berdiri, sedangkan yang tersisa hanya sedikit makanan di pinggiran piring, kemudian Rasulullah mengumpulkan sisa makanan tersebut, maka terkumpullah menjadi satu suapan, lalu beliau letakkan sesuap makanan itu di jari-jari beliau sambil berkata padaku, “Ucapkanlah Bismillah dan makanlah,” Demi Dzat yang aku berada dalam genggaman-Nya aku terus menerus memakan dari satu suapan tersebut sehingga aku merasa kenyang.”
Sumber: MINA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment