Monday, 24 March 2014
Yang Kaya Gerindra, Yang Rame PKS
oleh: Nasrulah MU
Ahad, 23 Maret 2014, Gerindra dengan penuh percaya diri melakukan kampanye terbuka di Gelora Bung Karno (GBK). Namun hasilnya sangat berbeda dengan kampanye PKS di GBK.
Saat PKS, seluruh tribun penuh, hingga kelapangan. Belum lagi yang tidak tertampung di luar GBK. Mungkin bila lapangan tidak dijaga oleh tim Kepanduan PKS, lapangan hijau bisa menjadi lautan manusia juga.
Saat Gerindra, terlihat jelas, bahwa banyak tribun yang kosong. Banyak tribun yang sebagian-sebagian terisi.
Saya berfikir, kekuatan finansial Gerindra pasti lebih hebat dari PKS. Buktinya, lihat saja iklan-iklan di Media, Gerindra terlihat cukup mendominasi. Kalau PKS, hanya kadang-kadang saja.
Namun mengapa kekuatan media dan kekuatan uang tidak mampu menarik massa yang membludak ? Padahal PKS, dengan modal seadanya mampu menarik massa yang luar biasa ?
Perbedaan ini tidak menunjukan bahwa suara PKS akan lebih baik dari Gerindra di 2014, namun setidaknya terlihat kekuatan dan militansi kader masing-masing partai dalam memobilisasi massa.
Semua ahli manajemen dan sumber daya manusia sepakat, bahwa kekuatan organisasi bukan pada asset, tetapi pada sumber daya manusianya. Karena manusia lah yang mengelola dan mengendalikan organisasi. Manusia lah yang membuat strategi, yang bergerak dan merealisasikan stragegi.
Umur sebuah organisasi sangat tergantung kemampuan pengkaderannya dan sistem kaderisasinya. Kemajuan organisasi tergantung dari kreatifitas dan daya gerak sumber daya manusianya. Sedangkan kekuatan asset fisik hanya akan bersifat sementara, temporer dan mudah hilang.
Ini bisa terlihat dari Demokrat, yang melesat secara tiba-tiba, namun juga bisa anjlok secara tiba-tiba pula. Mungkinkah Gerindra bisa seperti Demokrat ?
Melihat fenomena Gerindra dan PKS di GBK, bisa disimpulkan sementara, bahwa kekuatan pengerahan massa lebih disebabkan oleh kekuatan kader, dibandingkan kekuatan media dan uang.
Uang memang bisa menghasilkan Voter “Pemilih” tetapi hanya kaderlah yang bisa menciptakan “Follower” pengikut dan kader baru.
Padahal kekuatan dan kesinambungan partai lebih disebabkan berapa besar kemampuan partai terebut menciptakan Follower bukan Voter[kompasiana].
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment