Selain ditelepon oleh banyak orang, pendakwah berambut gondrong Hariri mengaku ditelepon sejumlah ulama, di antaranya adalah Ustadz Yusuf Mansyur dan Ustadz Arifin Ilham. "Mereka menanyakan peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Saya yakin masyarakat Indonesia pemaaf," ujar lelaki kelahiran Cigondewah, Kabupaten Bandung ini.
Dia bilang, peristiwa menginjak kepala Entis, operator sound sistem, dengan lututnya itu, membawa hikmah bagi dia dan Entis. Bagi dirinya, harus lebih sabar dalam menghadapi situasi apapun. "Sejak kejadian itu Entis jadi rajin shalat," cerita Hariri.
Pada hari ini, menurut anak bungsu dari enam bersaudara H Muhidin ( almarhum) dan Hj Aminah ini, ia mengutus santrinya untuk menemui Entis dan menanyakan apakah kejadian yang terjadi sebulan lalu itu masih dipersoalkan.
Menurut Hariri, Entis terkejut lantaran kejadian sebulan lalu itu ada yang merekam dan kemudian mengunggah ke youtube. "Antara saya dan Mang Entis clear. Bahkan saat islah di atas panggung dan disaksikan jamaah, Mang Entis sampai menangis terharu," ujar Hariri seperti ditulis republika.co.id.
Islah antara keduanya, ujarnya, disaksikan oleh sekitar 70 jamaah yang hadir dalam ceramah tersebut. "Saya dan Kang Entis berpelukan. Saya minta maaf dan dia memaafkan, demikian juga sebaliknya. Saat itu juga insiden itu telah selesai," kata alumnus SMAN 17 Kota Bandung angkatan tahun 2003 ini.
Berita di media bahwa dirinya menginjak kepala Entis, menurutnya, sangat tidak benar. Ia beralasan bahwa tindakannya menekan pundak Entis dengan lutut sebagai upaya antisipasi. Mengapa? Dia bilang, Entis bersikap hendak melakukan perlawanan secara fisik.
Karena itu, ia pun 'mengunci' gerakan Entis dengan menekan bagian pundaknya dengan lutut. "Kenapa dengan lutut karena posisi saya ada di atas panggung dan dia di bawah tepi panggung," ujar mantan aktivis PMII ini.
0 comments:
Post a Comment