Oleh : Ibnu Fatkan (sigits)
Beberapa hari lalu, pemberitaan tentang jihad seks di Suriah yang dilakukan oleh beberapa wanita Tunisia mengundang berbagai komentar dari para pembaca berita yang rata-rata mengolok-olok saja.
Menyikapi ini, komandan FSA , Qassim Saad al-Din melalui kantor berita Turki Anadolu mengklarifikasi bahwa tidak ada praktek tersebut di wilayah mujahidin FSA.
Qassim Saad al-Din juga menyatakan : “FSA memandang praktek itu bukan sebagai jihad tapi perzinahan yang nyata”.
Hari ini pemberitaan tentang perusahaan Razavi di Iran yang membuka lowongan pekerjaan bagi perempuan usia 12 sampai 35 untuk menjadi pekerja nikah mut`ah dalam rangka membantu tentara Syiah di Suriah dengan rincian gaji per 5 jam sampai perhari juga berpotensi untuk menjadi polemik, tapi mungkin tidak seheboh berita jihad seks di Suriah mengingat Syiah memang menghalalkan mut`ah.
—
Isu-isu seputar seksualitas seringkali terselip dalam rentetan kasus sebagai alat propaganda untuk membentuk citra buruk seseorang atau suatu golongan dengan tujuan yang tidak hanya di seputar citra saja.
Tokoh-tokoh besar dunia banyak jatuh oleh citra buruknya karena tersangkut skandal dengan wanita. Tapi jatuhnya sosok populer karena skandalnya secara pribadi tidak akan mendatangkan bahaya yang meluas selama tidak ada generalisasi terhadap golongan yang ada hubungannya dengan tokoh tersebut.
Dalam kasus LHI, cerita tentang wanita-wanita di seputar AF dan gadis SMK bernama DM yang diliput berulang-ulang menjadi bahan untuk menyudutkan citra PKS sebagai partai yang orang-orangnya doyan wanita (generalisasi).
Dalam cakupan yang lebih luas, praktek poligami digoreng sedemikian rupa dijadikan isu panas sebagai alat propaganda untuk menyudutkan pelakunya yang pada ujung-ujungnya untuk menyudutkan agama atau tokoh-tokoh agama.
Bahkan nabi Muhammad (shollallahu `alaihi wa sallam) pun tidak lepas dari isu-isu di seputar poligaminya dan pernikahannya dengan Aisyah (radhiyallah `anha). Tuduhan sebagai maniac sex sampai paedofil pernah hinggap di diri beliau yang mulia.
Propaganda menjadi alat efektif untuk merubah sikap, pendapat dan perilaku masyarakat demi mengikis kepercayaan mereka terhadap objek propaganda dan membentuk tatanan baru dalam kehidupan kemasyarakatan.
Dalam isu poligami yang digoreng panas, disokong oleh isu-isu HAM, propaganda untuk menganggap enteng perselingkuhan dan seks bebas terlihat hasilnya. Ramai-ramai masyarakat menghakimi Aa Gym, tapi Ariel sebagai pelaku zina? Masyarakat kini kembali mengidolakannya. Masyarakat kini sangat permisif dengan hal-hal berbau seks bebas.
Menyikapi isu-isu yang disinyalir sebagai propaganda kita harus hati-hati, cermat dan cerdas. Kelemahan nilai-nilai kemasyarakatan yang sering berubah seiring dengan berjalannya waktu harus diantisipasi dengan pedoman yang tidak lekang oleh zaman.
Kita sudah tahu pedoman itu, tapi sayangnya seringkali mengabaikannya……..
Sunday, 22 September 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment