Friday, 24 June 2016
Mendonasi Warteg Ratusan Juta, Bagaimana Dengan Mereka Yang Tertimpa Bencana ?
Beberapa waktu yang lalu, masyarakat Indonesia diguncang dua pemberitaan yang mengharu biru perasaan. Dua pemberitaan dalam segmen berbeda, yang hingga kini masih menyimpan pertanyaan bagi sebagian kalangan.
Pertama adalah persoalan pemilik warteg di kota Serang, bernama Saeni atau Eni. Saeni yang memaksa berjualan ditengah hari ini dinilai telah melanggar Perda terkait bulan Ramadhan. Saeni pun lantas di razia oleh Satpol PP, barang dagangannya pun kemudian diangkut dan diamankan.
Lalu munculah beberapa media yang mengekpose habis-habisan Saeni, yang di personifikasikan sebagai korban dari sistem yang ada. Saeni pun lantas disebut-sebut sebagai korban ketidak adilan, korban dari tirani mayoritas dan yang lebih miris Saeni bahkan disebut-sebut sebagai korban syariat Islam.
Saeni bagai orang paling tertindas, Saeni bagai tragedi dan bencana nasional. Tak kurang Presiden Jokowi, pejabat negara, hingga Netizen, ramai-ramai bersimpati dan memberi donasi kepada Saeni. Donasi ratusan juta pun akhirnya terkumpul dan diterima secara cuma-cuma oleh Saeni.
Selang beberapa hari, bangsa Indonesia khususnya saudara kita yang tinggal di daerah di sekitar Jawa Tengah, ditimpa musibah yang sebenarnya. Bencana banjir disertai longsor dibeberapa tempat ini tak hanya menimbulkan kerugian secara materil, banyak diantara saudara kita yang telah kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Lalu bagaimana respon media dan sebagian Netizen kita terhadap peristiwa bencana alam ini ? Sepertinya tak seheboh dan sepanas 'bencana' yang menimpa Saeni, dimana 'bencana' yang menimpa pemilik warteg ini menjadi Headline beberapa media selama berhari-hari lamanya.
Wajah 'memelas' pemilik warteg ini pun selalu muncul di laman pertama, yang menghiasi beberapa media kita. Pemilik warteg pun disanjung dan dipuja, sebagai pehlawan pluralisme dan toleransi bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Becana banjir dan longsor inipun tak memiliki efek booming yang signifikan dibanding bencana warteg, yang mana bencana warteg begitu berpengaruh terhadap kebijakan negara. Bencana warteg sempat memunculkan wacana untuk menghapus begitu banyak peraturan daerah atau Perda bernafaskan Islam.
Apakah mereka yang tertimpa bencana yang sebenarnya akan menerima perlakuan istimewa seperti pemilik warteg ? Akankah ada uang ratusan juta mengalir kepada masing-masing dari mereka yang notabenenya sangat membutuhkan ?
Dalam persepsi agama, bencana adalah berupa ujian bisa juga sebagai peringatan dari Tuhan Yang Esa kepada hambanya. Bencana bisa dijadikan sebagai penguat keimanan manusia kepada Tuhan, bencana juga adalah sebagai azab Tuhan yang sedang memberi peringatan kepada kita selaku umatnya.
Semoga bangsa kita Indonesia, menjadi bangsa yang dirahmati dan diberkati. Terlepas dari bencana apapun yang sedang kita hadapi, itu semua adalah kehendak dari sang pencipta alam semesta. (sorak.in)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment