Thursday, 24 October 2013
Awal Mula Tradisi Hari Raya Idul Ghodir
Hari Sabtu (26/10/2013) depan, kelompok Syi’ah di Indonesia akan merayakan Hari Raya terbesar mereka, Hari Ghodir Khum atau “Idul Ghodir”.
Kapan pertama kali hari Idul Ghodir ini diselebrasikan? Menurut ulama Syi’ah, awal mula selebrasi Idul Ghodir ini pertama kali terjadi dalam sejarah pada saat Ali bin Abi Thalib berkuasa sebagai khalifah.
Sebuah situs berita milik Syiah, IRIB menulis, “Sekitar 30 tahun setelah rombongan besar kaum Muslimin berkumpul di Ghodir Khum, untuk pertama kalinya umat Islam kembali memperingati hari bersejarah dan paling menentukan bagi nasib Umat Islam di era kekhilafahan Imam Ali dan kehadiran beliau di Kufah. Pada hari Jumat bertepatan dengan peringatan hari raya Ghodir, Imam Ali di hadapan kaum Muslimin yang berkumpul dalam acara shalat Jumat menyampaikan Khutbah mengenai Ghodir. Beliau menyampaikan kembali peristiwa Ghodir bagi umat Islam yang tidak hadir dalam peristiwa besar itu, maupun masyarakat yang tidak mengetahuinya. Sayidina Ali bin Abi Thalib menyebut hari Ghodir sebagai hari raya terbesar umat Islam. Pernyataan beliau tersebut menegaskan urgensi tradisi memperingati hari raya Ghodir sebagai hari paling bersejarah bagi umat Islam yang harus diperingati setiap tahun.” (Lihat artikel “Idul Ghodir dalam Perspektif Imam Ali” yang dirilis hari Selasa, 22 Oktober 2013 di situs http://indonesian.irib.ir)
Justru menunjukkan perbedaan
Guru Besar Sosiologi Agama yang juga dikenal seorang pengkaji dan penulis serius masalah Syiah Prof. Dr.H. Mohammad Baharun menilai, rencana kaum Syiah Indonesia yang mau mengadakan acara “Idul Ghodir” tanggal 26 Oktober 2013 di Jakarta dinilai justu semakin menampakkan perbedaan.
“Hari Raya Ghodir adalah rekayasa Syiah yang semakin memperjelas identitas dan perbedaan yang menyimpang mereka dari warisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam,” ujar Baharun. (hidayatullah.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment